“Lihatlah, lihatlah disana

Petani yang ada di sawah

Topinya Lebar

Cangkul ditangannya

Tanamannya subur dan berbuah

Nasi lauk dan sayur di meja makan

Itu semua petani yang menanam

Nasi lauk dan sayur yang kita makan

Itu semua petani yang menanam

Terima kasih Pak Petani

Terima kasih Ibu Petani”

(disadur dari lagu Terima Kasih Petani voc. Iksan Skuter feat Citra)

Suara khasnyi mengisi soundtrack pencipta lagu sekaligus penyanyi terkenal itu. Iksan Skuter. Untuk bisa berduet dengannya sangat sulit dan harus beruntung. Dia adalah penyanyi kelahiran Blora yang sering mengkritik pemerintah. Salah satu contohnya terjadi pada tahun 2010. Hutan Malabar Kota Malang direvitalisasi dengan membangun taman. Hal ini justru merusak ekosistem alami yang puluhan tahun terbentuk. Iksan hadir disitu memprotes indah dengan lirik-lirik lagu yang keras. Penyanyi yang memiliki ratusan ribu subscriber dan jumlah viewers mencapai belasan juta di channel youtube ini, sangat sering berduet dengan penyanyi unik dari berbagai daerah. Tak luput dari detektornya, seorang anak perempuan kelas 4 SD asal Desa Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang bernama Citra Auliya Prastika, menjadi featuring-nya.

 

Citra tidak memiliki bakat menyanyi, bahkan penampilannyi pun jauh dari kata berkelas.  Jika dibandingkan dengan peserta audisi Indonesian Idol Junior. Apalagi sekelas Anneth dan Devon. Secara fisik, Citra terlihat seperti anak-anak “desa” pada umumnya yang suka bermain di sawah. Suaranyi juga tidak merdu. Hanya volumenya keras dan kebetulan ia suka bernyanyi. Senyumnyi menjadi menawan saat ditanya kegiatan menyanyinyi itu. Yang membuat spesial adalah ia berasal dari Republik Gubuk.

https://www.youtube.com/watch?v=_Fh3YAkvl6I

          Sebelum Citra menjadi terkenal dan diajak berkolaborasi oleh Iksan Skuter, Republik Gubuk-lah yang terlebih dahulu menarik berbagai individu maupun instansi untuk bekerjasama. Dimulai dari Mustofa Debu, Net TV, Kompas TV, CNN Indonesia, Jawa Pos, Pemkab Malang, Pemprov Jatim, Kepala Perpustakaan Indonesia dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut semata-mata karena keberhasilan Fachrul Alamsyah menyalurkan energi berlebih para preman untuk mendirikan gubuk baca bagi anak-anak desa. Sesuatu yang unik dan sulit dilakukan oleh anak jaman now. Berjuang menggerakkan dan memberdayakan pemuda lain untuk melakukan hal positif tanpa iming-iming uang, pangkat, dan jabatan. Apalagi pemuda yang digerakkan bukan pemuda “sembarangan”. Yang notabenenya suka mabuk, ngebut-ngebutan, nongkrong dari malam sampai pagi, judi, tato, dan kegiatan tidak berfaedah lain.

https://www.youtube.com/watch?v=7hX7kLnB9qo

Bang Irul yang menyukai kegiatan ekstrakurikuler Pecinta Alam, memiliki masa SMA yang buruk, bahkan menjadi pelopor tindak premanisme. Ada anak yang belum pernah minum, diajak mabuk-mabukan. Ada yang belum pernah merokok, diajak ngerokok. Ada yang belum pernah pakai ganja, diajak menghisap bareng. Namun berbagai kenakalan tersebut tidak serta merta mengubur impian di hati terdalamnya.

“Terinspirasi dari foto itu lo… berita itu lo… mbiyen onok Kandang Jurang Doank punya e Dik Doank iku lo… musisi yang punya sekolah alam. Akhirnya saya bikin gubuk baca ini”, ujar Bang Irul.

Kekaguman itu membawanya hanyut dalam harmoni pemberitaan syahdunya suasana Kandang Jurang Doank. Ada seberkas tekad kuat dalam diri beliau untuk memajukan anak-anak di desanya. Membangun sekolah alam bersama teman-teman dan para junior yang sealiran dengannya, menjadi niatan awal dalam bayang teknis pelaksanaannya kelak.

astra1.jpg

Gambar 1. Suasana di salah satu spot permainan Kandank Jurank Doank (Hasil Tangkapan Layar dari YouTubeOfficial Account Netmediatama, 2013)

Hari  itu telah datang. Suatu siang di tahun 2014. Dimulai dari berkeliling menggunakan gerobak yang diisi buku-buku yang diikatkan dibagian belakang sepeda motor, beliau berusaha menarik perhatian banyak anak desa untuk datang dan melihat.

Dibutuhkan keberanian tingkat dewa berinovasi seperti itu. Dan harus benar-benar putus urat malunya. Karena berkeliling desa membawa gerobak sampah yang dimodifikasi menjadi wadah buku-buku, benar-benar menguji keimanan seorang lulusan Perguruan Tinggi. Yang mana pemuda seumuran, di lingkungan yang sama, banyak tidak mampu menggapainya. Bahkan anak tukang sampah pun mungkin tidak mau melakukan pekerjaan seperti itu. Saya juga tidak mampu, eh.. sangat tidak mampu melakukan hal itu. Bagaimana jika anak-anak itu tidak tertarik? Bagaimana jika ada yang mengenali wajah lalu bersorak-sorak mengejek? Bagaimana jika dianggap orang gila? Bagaimana jika….ah terlalu banyak rasa malu yang membelenggu !!

astra2.jpg

Gambar 2. Bang Irul bersepeda motor dengan gerobak sampahnya (Hasil Tangkapan Layar YouTube Official Account CNN Indonesia, 2018)

Namun Bang Irul mampu melakukannya. Melewati waktu yang penuh keringat, akhirnya banyak anak berkumpul sekedar ingin tahu jenis-jenis buku apa saja yang dibawa. Jika menemukan buku yang menarik, mereka pasti langsung membacanya. Anak-anak itu dengan riang gembira mengamati setiap buku yang terpampang.

Pengalaman mengajar di madrasah selama dua tahun turut andil dalam mengasah kepiawaian beliau dalam menumbuhkan semangat membaca di kalangan anak desa. Tidak melulu buku pelajaran, jadi ada majalah anak, komik, novel, cerita bergambar, cerita pendek, majalah-majalah remaja, otomotif, lanskap, pemandangan alam, hewan, tumbuhan, bunga dan berbagai tema bacaan menarik yang jarang ditemui di sekolah dengan berbagai pilihan warna dan desain bacaan trendi. Sebagian buku itu didapat dari relasi Bang Irul saat di madrasah, sebagian lain dari teman-teman satu almamater Unisma (Universitas Islam Malang), maupun dari teman-teman satu komunitas Pecinta Alam semasa SMA maupun saat di bangku perkuliahan.

Semakin banyaknya anak yang tertarik, menggugah satu warga memberikan teras rumahnya untuk ditempati kegiatan membaca. Digelar tikar sederhana dan semua buku tersebut dihampar ala kadarnya sehingga anak-anak lebih leluasa memilih dan tidak kepanasan. Aktifitas ini pun disambut baik kawan-kawan lama Bang Irul. Merekapun turut membantu menjadi pendamping anak-anak dalam membaca. Beberapa yang lain mengisinya dengan langsung mengaplikasikan bacaannya kedalam praktikum, permainan sederhana bahkan kesenian. Akibat semakin banyak pihak yang tertarik dalam meng-istiqomahkan dan membesarkan kegiatan tersebut, akhirnya Bang Irul dan tim membangun sebuah gubuk sebagai basecamp anak-anak yang ingin membaca. Namanya Gubuk Baca Lentera Negeri.

astra3

Gambar 3. Bang Irul di Gubuk Baca Lentera Negeri (Dokumentasi Pribadi)

Ketertarikan kawan-kawan lama Bang Irul yang “kelebihan energi” tidak terjadi dengan instan. Bang Irul menetapkan strategi cerdas yang berasal dari intuisinya.

“Ya contohnya kalau mau mengajak preman… yang saya harus menyesuai kan. Rambut gondrong, gelang segini-gini. Untuk bisa pendekatan ke mereka dan mereka nyaman. Gitu, jadi harus pandai menyesuai kan diri”,ujar Bang Irul.

Kedua, mereka didatangi langsung ke tempat nongkrongnya. Bang Irul ngobrol banyak sambil mentraktir rokok, makan dan minum. Setelah itu diajak ke suatu tempat. Dikira, diajak ngombe (minum minuman keras), ternyata diajak ke gubuk lalu disuruh menata gubuk. Karena sudah terlalu jauh berjalan kaki dari tempat nongkrong ke gubuk, dengan terpaksa mereka melakukan yang diperintahkan. Selesai, mereka diajak untuk menjadi pengasuh anak-anak dan dibebaskan mengajar apapun asal positif dan anak-anak suka.

astra4.jpg

Gambar 4. Bang Irul bersama para Pengasuh Gubuk (Dokumentasi Pribadi)

Ketiga, Bang Irul selalu membuka rumahnya 24 jam. Semua pemuda “kelebihan energi” tersebut diajak kerumahnya untuk ngobrol ngalor-ngidul dari malem sampai pagi. Ditraktir rokok, kopi dan beberapa camilan khas desa, Bang Irul banyak memasukkan ajakan-ajakan positif untuk para pemuda tersebut agar mau mengabdi pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pengalaman kelam Bang Irul membantunya memasuki celah terdalam dari kekosongan hati para pemuda tersebut. Akhirnya pelan tapi pasti, satu per satu, mulai menjadi pengasuh gubuk.

astra5

Gambar 5. Pengasuh Gubuk yang Dulu Sempat jadi Anak Punk (Dokumentasi Pribadi)

Saat mengajar itu, perasaan senang yang berbeda, unik dan tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata, timbul menerangi relung hati terdalam para pemuda. Senyum ceria anak-anak kecil yang tulus merupakan penghargaan tak ternilai bagi mereka. Pengalaman diumpat, dicaci maki, dikejar Satpol PP, dihajar orang tua, diteriaki copet, dirasani dengan sejuta anggapan buruk terbayar lunas hanya dengan melihat tawa bahagia disertai cium punggung tangan oleh para bocah ingusan. Sungguh mengharukan, saat saya mendengar curahan perasaan sepuluh pemuda yang saya wawancarai.

astra6

Gambar 6. Mas Teguh Pengasuh Gubuk Baca Lentera Negeri (Dokumentasi Pribadi)

Bagi mereka, mengajar sesungguhnya adalah diajar. Ketika menunjuk orang dengan satu telunjuk maka empat jari lain terlipat menunjuk diri sendiri. Itulah yang terjadi. Saat mengajar anak-anak, maka saat itu juga diri sendiri belajar bagaimana bersikap sabar, bersikap baik pada orang lain, berkasih sayang dengan lingkungan sekitar dan memberi tauladan yang baik bagi anak-anak. Anak-anak tidak akan menaati ucapan. Mereka lebih taat pada tauladan. Artinya para pengasuh yang kesehariannya bertetangga dengan anak-anak kecil itu, harus menjaga ucapan, sikap dan kebiasaan 24 jam supaya anak-anak yang tidak sengaja melihat kehidupan mereka, dapat tetap menghormatinya dan berlaku baik. Hal ini tentunya menjadi penyemangat untuk berubah. Dan juga bekal bagaimana bersikap jika telah menjadi seorang bapak atau ibu kelak.

Lalu ada satu fakta lain yang cukup mengejutkan yaitu Sukolilo Jabung ternyata terkenal dengan Gang Tatonya. Gang Tato adalah julukan bagi sebuah kawasan perumahan kecil yang sebagian besar penduduknya ahli membuat tato. Keahlian ini diturunkan sampai anak cucu. Anak-anak sampai pemudanya distigmakan sangat buruk. Memiliki tato identik dengan kebiasaan merokok, mabuk, pakai ganja, minum pil, ngebut-ngebutan, judi, copet bahkan sampai membunuh. Tato adalah prestige itu sendiri. Memilikinya, mencirikan macho, gentle dan bisa mendobrak aturan. Karena itu adalah sebuah tantangan yang besar jika mampu membalik kondisi Gang Tato berbeda dengan julukannya.

Mas Lukas yang berasal dari gang Tato, menceritakan bahwa kondisi Gang Tato sekarang telah berubah sangat banyak. Sejak berdirinya Gubuk Gus Irul. Penggantian kata “Bang” menjadi “Gus” sebelum nama Irul merupakan sebuah penghormatan tertinggi dari para pemuda tersebut atas jasa-jasa Bang Irul. Gus Irul dianggap telah banyak menginspirasi pemuda Gang Tato menjadi pengasuh. Republik Gubuk. Meski belum 100% berubah, namun perjalanan kearah sana sangat mungkin terjadi.

astra7

Gambar 7. Mas Lukas yang Kini Bermanfaat bagi Gubuk Baca (Dokumentasi Pribadi)

Republik ini memiliki arti satu kesatuan dari banyak tempat atau daerah. Analogi dari gubuk yang dibangun tersebar di berbagai desa namun tetap satu kesatuan dibawah koordinasi Gus Irul. Ada sekitar 20 gubuk yang dalam proses dibangun di 4 desa di Kecamatan Jabung. Gubuk tersebut yaitu Gubuk Pentongan Mindi, Gubuk Trail, Gubuk Puthuk, Gubuk Panji, Gubuk Baca Lentera Negeri, Gubuk Baca Tretek, Gubuk Bhinneka Tunggal Ika, Gubuk Anak Alam, Gubuk Sufi dan Gubuk Tato.

astra8.jpg

Gambar 8. Penampakan dari luar Gubuk Baca Bhinneka Tunggal Ika (Dokumentasi Pribadi)

Makna dari penamaan masing-masing gubuk menyesuaikan keahlian seni, olahraga dan akademik para pengasuh gubuk. Misalnya Gubuk pentongan mindi itu karena Daerah Mindi itu terkenal dengan pentongannya. Sehingga aktifitas di gubuk tersebut adalah ngamen tiap malem. Gubuk Trail itu didirikan di dekat bengkel dan pengasuhnya juga menyukai otomotif sehingga anak-anak disitu diajarkan untuk berkendara motor dengan baik. Gubuk Bhinneka Tunggal Ika itu memiliki banyak koleksi barang yang unik dari berbagai daerah dan beberapa aktifitas siswanya yaitu menari tarian daerah dan bernyanyi. Salah satu anak yang diajak kerjasama Iksan Skuter berasal dari gubuk ini.

astra9

Gambar 9. Citra dan teman-temannya di Gubuk Bhinneka Tunggal Ika. (Dokumentasi Pribadi)

Gubuk Panji pengasuhnya menyukai membuatkan enggrang dari bambu. Karena tanaman tersebut sangat melimpah di Jabung. Selain bermanfaat untuk menjauhkan anak dari kecanduan bermain gadget, permainan enggrang juga dapat dibuat untuk tari.

astra10.jpg

Gambar 10. Berbincang-bincang dengan bapak pengasuh Gubuk Panji. (Dokumentasi Pribadi)

Gubuk Puthuk pengasuhnya bisa membuat silabus kurikulum sendiri dari mulai TK sampai SMP sehingga difokuskan untuk membahas mata pelajaran di sekolah. Selain itu pengasuh utamanya yang bernama Sugeng Purnomo mengkombinasikan pembelajaran dengan Tarian Topeng Gunung Sari supaya suasananya tidak monoton.

astra11

Gambar 11. Suasana di Gubuk Puthuk dengan Para Pengasuh (Dokumentasi Pribadi)

Gubuk Baca Lentera Negeri itu adalah gubuk yang paling berkesan bagi Gus Irul sendiri. Disitu merupakan tempat awal gubuk didirikan, tempat awal perkumpulan anak-anak, tempat pertama para pemuda bersatu dan bersemangat mengabdi untuk negeri menjadi lentera bagi anak-anak yang membutuhkan. Eksistensi gubuk ini memicu gubuk-gubuk lain didirikan. Gubuk ini menjadi tepat koordinasi pergerakan gubuk-gubuk lainnya.

Gubuk Sufi mengajarkan variasi tarian sufi. Kebetulan pengajarnya Gus Muhal, Muhammad Ibnu Kadir Al Munawwir dari Yogyakarta yang paham teori dan filosofi tarian sufi sehingga diajarkan ke anak-anak SD maupun SMP. Gubuk ini juga dibantu oleh beberapa pengasuh penduduk lokal seperti Mas Dafin yang memang suka mengaji dan suka sholat di masjid tepat waktu. Karena tariannya yang unik anak-anak yang mahir tarian sufi diajak kerjasama oleh Grup Band Nasyid Asal Amerika Serikat bernama Debu. Sang vokalis, Mustofa, tiap kali ada konser di Malang selalu menyempatkan diri untuk datang ke gubuk sufi dan menggelar konser gratis diiringi tarian sufi anak-anak gubuk tersebut.

astra12.jpg

Gambar 12. Mas Dafin salah satu pengurus Gubuk Sufi (Dokumentasi Pribadi)

Gubuk Anak Alam biasanya kegiatannya seputar menjelajahi alam, sungai, hutan dan gunung karena memang pengasuhnya menyukai hal-hal seperti itu. Khusus gubuk ini, pengasuhnya 100% mantan anak-anak punk yang suka punya grup band musik aliran rock metal.

astra13

Gambar 13. Mas Haikal salah satu pengurus Gubuk Anak Alam (Dokumentasi Pribadi)

Gubuk terakhir yaitu gubuk di gang tato yang sangat terkenal. Keberadaan gubuk ini telah sangat mengurangi kebiasaan buruk para pemudanya. Disini mereka mengajari membaca, bermain dan menggambar bersama adik-adik kecil. Aktivitas ini sedikit demi sedikit menggugah para pemuda “kelebihan energi” untuk menahan hawa nafsunya dari kebiasaan buruk dengan selalu mengingat-ingat nasehat yang diberikan pada anak-anak kecil.

astra14.jpg

Gambar 14. Gubuk Baca Gang Tato (Dokumentasi dari Iksan Skuter Official Music Video YouTube)

Tantangan yang dilalui saat menggerakkan aktifitas dalam gubuk umumnya berasal dari warga terutama orang tua yang anaknya masih kecil-kecil. Awalnya mereka ragu dengan niat tulus para pengasuh, namun pemuda-pemuda tersebut tetap konsisten mengajari anak dengan beragam permainan tradisional, menyanyi, grup band, tari-tarian dan bermain musik serta melakukan kegiatan pecinta alam. Karena konsistensi yang berlangsung berbulan-bulan, semua orang tua memahami anaknya bermain dan belajar di gubuk. Sempat juga para pengasuh di cap aliran sesat. Alih-alih membiasakan memakai kopyah supaya para pengasuh lebih rajin beribadah, Gus Irul justru memperkenalkan filosofi dari udeng. Udeng khas Wali Songo. Zaman dahulu Waliyullah tidak serta merta menghapus kebudayaan lama, namun memodifikasinya supaya terlihat berasimilasi namun nilai ibadahnya tetap sama dihadapan Allah SWT dan sesuai syariat yang diajarkan Rasulullah SAW. Jika masyarakat Jawa Kuno langsung dikenalkan dengan sorban dan kopyah putih khas arab maka pasti banyak yang lari karena sangat asing. Namun udeng, yang memiliki corak batik dengan lipatan menyerupai sorban pendek, yang hakikatnya bernilai sama dengan kopyah yang dililit sorban, lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Hal inilah yang menginspirasi Gus Irul membiasakan para pemuda memakai udeng supaya lebih taat beribadah. Namun karena selalu memakai udeng, dan berpakaian hitam-hitam, timbul prasangka aliran sesat dari warga sekitar. Sampai ada Intel yang mengawasi. Tapi pada akhirnya karena memang cara beribadahnya sama, maka masalah tersebut cepat teratasi. Tantangan lain yang umum muncul juga dari urunan uang untuk membiayai acara-acara gubuk baik untuk karnaval atau pentas seni atau acara besar lain di lingkungan Republik Gubuk. Sering kali ada oknum warga yang tidak mau bayar walaupun nominal uang yang ditarik sangat receh. Hanya dua ribu perak seminggu. Hal tersebut kadang memunculkan pertengkaran kecil. Namun Gus Irul selalu menekankan untuk jangan menggunakan otot namun kepala dingin dan hati yang lapang dalam menghadapi tiap masalah.

Keistiqomahan para pemuda untuk bangkit bersama akhirnya membuahkan hasil. Selain bisa dapat diajak kerjasama oleh musisi ternama dan diliput banyak media besar, beragam prestasi telah diraih. Juara II lomba Voli di daerah Gasek wetan. Apresiasi dari MI Miftakhulhuda II Gunung Kunci atas partisipasi Gubuk Baca Lentera Negeri pada acara KMTL Goes To School. Gubuk Baca Lentera Negeri juga mampu mengadakan acara Liga Bola Voli Anak atas prakarsa para pemuda pengasuh gubuk. Lalu Gus Irul diundang menjadi pemateri dalam Seminar Nasional REVITALISASI PERGERAKAN PEMUDA di UIN Maulan Malik Ibrahim 2017. Beliau pula mendapat apresiasi atas sambutan dan penerimaan yang sangat baik atas kunjungan KBA-Pekayon Bekasi pada Gubuk Baca Lentera Negeri. Gerakan Gusdurian Muda Malang juga memberikan apresiasi pada Gubuk Baca Lentera Negeri yang berpartisipasi dalam acara Sinau Bareng Masyarakat. Selanjutnya, kegiatan literasi ini mendapat perhatian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sehingga dengan bangga menyematkan penghargaan NUGRA JASADARMA PUSTALOKA kategori masyarakat pada Gus Irul.  Semua prestasi tersebut sesungguhnya karena kerjasama yang baik antar para pemuda di Republik Gubuk yang memang sama-sama memiliki niat untuk berubah dan bertemu di tempat yang tepat, waktu yang tepat dengan tujuan yang sama. Sehingga muncullah kekuatan baru bergerak bersama maju bersama.

astra15a

Gambar 15. Penghargaan karena Bang Irul berhasil meningkatkan minat literasi masyarakat Jabung, Kabupaten Malang (Dokumen Pribadi)

 

 
astra15b astra16a astra16b
astra16c astra16d astra16e


Gambar 16. Penghargaan dari Berbagai Instansi untuk Bang Irul (Dokumentasi Pribadi)

Tantangan demi tantangan berhasil dilalui namun semakin mendaki gunung maka angin bertiup semakin kencang dan kemungkinan terjatuh semakin besar serta rasa sakitnya semakin kuat. Jika di awal, tantangan banyak dari pihak eksternal Republik Gubuk maka saat gubuk sudah dikenal, tantangan dari internal mulai bermunculan. Kejenuhan dan kebosanan mulai menghantui masing-masing pengasuh tidak terkecuali Gus Irul. Alasan ekonomi walau bagaimanapun tetap tidak bisa dikesampingkan. Pengabdian yang berbekal hanya niatan tulus, jasa tanpa pamrih, perlahan mulai diserbu berbagai kepentingan. Para pengasuh banyak yang berkeluarga sehingga membutuhkan penghasilan tambahan. Selain itu siswa-siswi lulusan gubuk banyak yang pergi dari desa mencari pengalaman baru diluar sana. Godaan gadget juga semakin gencar merenggut keasyikan anak-anak bermain khas “anak desa” pada umumnya.

Untuk melawan kejenuhan dan kebosanan itu maka harus ada program baru yang bisa dinikmati para pengasuh gubuk dan anak-anak yang menjadi langganan gubuk tersebut. Program yang dapat dikembangkan yaitu mengarah pada kesenian, religi dan pemberdayaan ekonomi. Pihak Astra Internasional memahami bahwa apabila suatu program ingin kontinyu dijalankan maka harus ada kekuatan ekonomi kuat yang menopangnya. Astra kemudian akan memberikan bantuan dana dan pendampingan sampai lima tahun kedepan untuk bisa membuat Republik Gubuk dapat mandiri membiayai seluruh kegiatan sosial kemasyarakatan dan pendidikannya. Visi misi kedepan adalah menjadikan Kampung Sukolilo sebagai Desa Wisata. Sehingga dapat dikunjungi banyak wisatawan atau instansi yang ingin belajar.

astra17

Gambar 17. Penghargaan Kampung Berseri Astra untuk Republik Gubuk (Dokumentasi Pribadi)

Langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu, memperkuat keimanan supaya dapat selalu ikhlas dalam melakukan sesuatu dan tidak cepat putus asa. Bekerjasama dengan Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) yang mana dapat menjembatani kesenian budaya dengan agama. Jadi Republik Gubuk tetap dapat mengisi acara hiburan di kegiatan ceramah keagamaan. Contohnya pada tanggal 18 Agustus 2019 ada Ceramah Gus Muwaffik yang mana pentas gamelan dan tari sufi dari anak-anak dan pengasuh Republik Gubuk disuguhkan.

astra18

Gambar 18. Latihan Tari Anak-anak dari Republik Gubuk (Dokumentasi Pribadi)

astra19

Gambar 19. Senyuman manis dari gadis cilik Republik Gubuk (Dokumentasi Pribadi)

Kemudian tiap malam selama 10 hari diadakan acara pementasan seni dari gubuk masing-masing supaya para wisatawan, tamu dan instansi yang berkunjung dapat menikmati hasil kreativitas anak sekaligus suasana Kampung Sukolilo. Hal ini juga akan mengundang banyak pedagang-pedagang makanan, minuman, baju, bahkan permainan untuk datang memeriahkan acara. Sehingga suasana kampung bisa hidup. Selain itu Republik Gubuk akan bekerjasama dengan komunitas lain untuk mengadakan workshop pengetahuan UMKM, kelas public speaking, pengetahuan membuat homestay dirumah-rumah warga untuk wisatawan yang datang dan belajar penggunaan bahasa asing.

astra20.png

Gambar 20. Suasana ceria bermain enggrang dapat menarik banyak wisatawan (Dokumentasi dari Official Music Video YouTube Iksan Skuter)

astra21.png

Gambar 21. Suasana Gubuk Baca Gang Tato yang sangat berbeda (Dokumentasi dari Official Music Video YouTube Iksan Skuter)

astra22.png

Gambar 22. Air Terjun Jabung dapat menjadi Penarik Wisatawan (Dokumen Pribadi)

astra23.png

Gambar 23. Suasana bermain air siswa MAN 2 Kota Malang dengan anak-anak Jabung (Dokumentasi Pribadi)

Teruntuk para pemuda “kelebihan energi” yang telah mengubah dunia, tetap semangat, tetaplah tegak ! Saya pun sebagai seorang pendidik juga tetap akan berjuang. Meskipun ranah kita berbeda namun suatu saat kita pasti akan berjumpa kembali sebagai sebuah tim solid yang sama-sama memajukan dunia.

Teruntuk Astra, tetaplah berkibar ! mendampingi para pemuda, yang berniat tulus pada dunia. Meski dunia sering memalingkan muka, namun sebagai anak bangsa, mari bersama, menyalurkan energi itu menuju Indonesia Jaya.

astra24

Gambar 24. Penulis (Kiri) bersama para murid MAN 2 Kota Malang dengan Gus Irul (Kanan-pakai topi) (Dokumentasi Pribadi).

*Tulisan ini diikutkan Lomba Anugerah Pewarta Astra 2019