Gairahkan Ekonomi Warga Melalui Eduwisata; Inspirasi dari Dasan Cermen, Kampung Berseri Astra Terbaik di Indonesia (2-Habis)
Media Cetak Oleh: SIRTUPILLAILI , Kategori: Wartawan (TribunLombok.com)

Inspirasi dari Dasan Cermen, Kampung Berseri Astra Terbaik di Indonesia (2-Habis)

Gairahkan Ekonomi Warga Melalui Eduwisata

 

Dasan Cermen tidak punya pantai, air terjun, atau monumen bersejarah untuk memanjakan mata pelancong. Tapi mereka punya kandang peternakan. Potensi ini dikemas apik sebagai daya tarik wisata. Hasilnya, kini banyak orang datang belajar.

 

SIRTUPILLAILI, Mataram 

 

Rusni, 60 tahun, berjalan tergesa-gesa. Dia membawa setengah karung rumput. Dalam sekejap, pria paro baya itu menghilang di tikungan gang. Dia masuk ke kandang sapi milik kelompok tani ternak Beriuk Taker (bersama berjuang). Jaraknya sekitar 50 meter di timur kantor lurah.

”Saya buru-buru (balik) karena mau hujan,” katanya pada kami, akhir pekan kemarin.

Bau khas kotoran sapi tercium saat memasuki kandang. Tapi tidak menyengat. Kandang yang dimiliki 22 orang anggota kelompok tertata rapi. Bersih. Sanitasinya diatur dengan baik. Lantainya diplester semen. ”Astra membantu kami menata tempat ini,” kata Rusni.

Kandang kolektif itu berdiri tahun 2012. Peternak sepakat membangun kandang bersama. ”Kalau pelihara sapi di rumah masing-masing kami diprotes karena permukiman jadi kumuh,” katanya.

Akhirnya mereka memanfaatkan tanah wakaf masjid seluas 30 are. ”Kami sewa Rp 10,5 juta setahun,” kata Rusni, yang juga bendahara kelompok tani ternak Beriuk Taker.

Peternak di sini lebih banyak memilih penggemukan sapi. Untungnya lebih cepat dinikmati. Kalau sudah gemuk langsung dijual. ”Para jagal sering datang ngecek sapi-sapi yang sudah gemuk,” katanya.

Sapi yang dibeli seharga Rp 10 juta, dalam tiga atau empat bulan dijual antara Rp 13 juta hingga Rp 14 juta. ”Selisihnya itu jadi untung kami,” katanya.

Para peternak di sini kompak. Pembagian keuntungan cukup adil. Pengelolaan keuangan dilakukan secara transparan. ”70 persen keuntungan untuk peternak 30 persen sisanya disetor ke kas kelompok,” kata dia.

Bahkan, kini empat peternak di luar anggota ikut memelihara di sana. ”Jadi seperti kita membuka lapangan kerja,” ujarnya, tersenyum.

Kesungguhan peternak mengelola kandang kolektif berbuah hasil. Tahun 2017, peternakan sapi Dasan Cermen menjadi yang terbaik di NTB. Khususnya untuk penggemukan dan anakan sapi.

Sejak itu, mereka kerap didatangi mahasiswa, peneliti, dan kelompok ternak dari daerah lain untuk studi banding. ”Dari Solo, Bandung dan Sumbawa sering datang,” ujarnya.

Tepat di samping kandang sapi, terdapat kandang ternak ayam milik kelompok Istiqomah. Deretan paling utara merupakan kandang ternak bebek milik kelompok Mong Gelemong. Mereka menjadi satu kesatuan sebagai kandang peternakan terpadu Dasan Cermen.

Kelompok Mong Gelemong memiliki 15 orang anggota. Mereka memelihara 3.000 ekor bebek. Setiap hari, bebek mengasilkan 1.000 butir terlur. Jika telur dijual mentah harganya Rp 2.500 per butir. Tapi bila diolah menjadi telur asin harganya naik menjadi Rp 3.500. Telur asin Dasan Cermen diklaim salah satu terbaik di NTB.

Ada Kolam di Tengah Permukiman

Jika berkunjung ke sini, tamu tidak hanya menikmati suasana kandang ternak. Di sebelah barat, terdapat dua kolam renang mini. Ukurannya delapan kali empat meter dan dua kali empat meter. Kolam ini berada di antara permukiman warga. ”Usaha kolam ini saya bangun bersama suami,” kata Sitti Sumiati, pemilik kolam.

Dia dan suaminya Saiful Bahri memanfaatkan sawah dekat rumahnya. ”Dulu ditanami kangkung tapi tidak berhasil,” katanya.

Mereka kemudian membangun kolam renang murah bagi warga. Bermodal pinjaman Rp 100 juta dari BRI Syariah, mereka merintis usaha kolam renang sejak dua tahun lalu. Di tempat itu dia juga membuka kios pancingan dan sembako.

Kini, setiap hari anak-anak, bahkan orang tua datang berenang ke tempat itu. Tiket masuk pun murah meriah, hanya Rp 2.000. ”Sehari dapat Rp 200 ribu, kalau akhir pekan dapat Rp 700 ribu,” tuturnya.

Tidak hanya itu, budidaya ikan lele di Dasan Cermen juga berkembang. Lokasi budidaya dipusatkan di samping Pasar Ten-ten, pinggir jalan utama. Luas area budidaya kurang lebih 50 are, lahan itu juga tanah wakaf masjid. Pusat budidaya lele dikelola kelompok pembudidaya ikan Pado Girang.

Meski berada di lahan sempit, kolam-kolam ikan lele itu tertata rapi. Kebersihannya terjaga. Jalan penghubung antar kolam dipasangi pagar bambu dan paving block. Bunga ditanam di beberapa sudut kolam. Di bagian tengah, berdiri posko kelompok.

”Kami dapat bantuan dari Astra untuk menata tempat ini,” kata Bohari, 44 tahun, bendahara kelompok.

Dulu tempat itu lebih mirip rawa-rawa. Beberapa kali ditanami padi namun tidak berhasil. ”Akhirnya kami mengelolanya menjadi tempat budidaya ikan lele,” tuturnya.

Usaha ikan lele di Dasan Cermen kini bergairah. Setiap hari 1,5 kwintal hingga 2 kwintal ikan lele dijual ke pengepul. Harga 1 kwintal lele Rp 1,9 juta. Jika menjual 2 kwintal, sehari warga bisa mendapatkan Rp 3,8 juta. ”Anggota kelompok 30 orang, kami panen secara bergiliran sesuai jadwal,” tuturnya.

Bohari bersyukur pusat budidaya lele berkembang ke arah yang bagus. Semua itu tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan kelurahan bekerja sama dengan Astra. Warga pun gotong royong membangun tempat usahanya. ”Kemarin Buk Lurah kasih kita berugak (gazebo) tempat duduk-duduk,” tuturnya.

Pusat peternakan terpadu dan budidaya inilah yang menjadi jualan pariwisata Dasan Cermen. Bagaimana bisa?  ”Kita kembangkan konsep eduwisata,” kata Lurah Dasan Cermen Henny Suyasih.

Kelompok-kelompok ternak di Dasan Cermen dikemas menjadi tempat belajar, termasuk kalangan akademisi. Turis yang datang akan dijelaskan bagaimana pengelolaan peternakan terpadu. ”Mahasiswa S1 hingga S3 risetnya di sini,” katanya.

Kelompok masyarakat dari daerah lain juga banyak datang belajar. Selain peternakan, pengunjung juga diajarkan bagaimana pengolahan sampah. ”Di tempat lain jarang yang aktif, yang terintegrasi hanya di sini,” jelasnya.

”Selain mendatang turis, eduwisata juga meningkatkan kesejahteraan warga kami,” tambahnya.

Aspek usaha ini masuk dalam pilar kewirausahaan program Kampung Berseri Astra (KBA). Pilar ini mencakup pengembangan pariwisata dan usaha peternakan di Dasan Cermen.

Awalnya Ragu, Kini Nomor Satu

Henny menuturkan, saat program KBA diluncurkan 2016 silam, Dasan Cermen dideklrasikan sabagai kampung wisata. ”Pusing juga apa potensi yang ingin dikembangkan waktu itu,” tuturnya, pada kami.

Dulu dia ragu, apakah kelurahannya bisa jadi kampung wisata. Sebab Dasan Cermen yang berada di perbatasan Kota Mataram dan Lombok Barat tidak memiliki pantai atau tidak air terjun layaknya desa wisata di Lombok. ”Kami terus menggali potensi yang bisa dikembangkan, ternyata banyak,” katanya.

Akhirnya konsep eduwisata ditemukan setelah melihat potensi di kelurahannya. Dasan Cermen menjadi tempat belajar tentang peternakan dan pengolahan sampah. ”Kita tidak bisa pindah ke lain hati selain eduwisata ini,” kata Henny, lega.  

Dasan Cermen memberi contoh wisata tidak hanya soal keindahan alam. Berbagi pengetahuan kepada turis juga tidak kalah menarik. Konsep ini belum banyak dikembangkan di NTB.

Selain peternakan terpadu. Mereka juga menghidupkan seni budaya dan tradisi yang ada di tengah masyarakat. Hal itu sejalan dengan pilar pendidikan dalam konsep KBA. ”Seperti tradisi begibung kita hidupkan,” katanya.

Khusus pilar pendidikan, Dasan Cermen fokus mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Holistik Integratif (HI). ”Anak usia dini ditangani secara menyeluruh mencakup layanan gizi, kesehatan, pendidikan, pengasuhan dan perlinudngan secara optimal,” jalasnya.

Pendanaan pengembangan PAUD HI melibatkan Astra, Puskesmas, Posyandu dan Dinas Kesehatan. ”Semua pihak urun rembuk,” kata dia.

PAUD Edelweis menjadi proyek percontohan. PAUD yang berdiri tahun 2011 itu kini telah berkembang menjadi PAUD H1 tahun 2018 lalu. ”Aspek motorik, sosial emosional, moral asama, bahasa, seni budaya, dan kognitif menjadi enam aspek yang dipelajari murid,” teranya.

Pendidikan seni budaya lokal masuk dalam program pilar pendidikan. Generasi muda diajarkan tentang seni budaya warisan leluhur. ”Ini untuk melestarikan seni budaya yang telah lama tidak dikembangkan,” katanya.

Seni budaya itu antara lain tari selamat datang, peresean, gendang beleq, tari rudat, begangsingan dan hardah. ”Kami juga menyediakan perpustakaan mini bagi warga,” tambahnya.

Pentas seni itu kerap ditampilkan ketika ada festival atau menyambut rombongan wisatawan. ”Anak-anak kita latih tari rudat dan tari-tari lainnya,” ujarnya.

Berkat kerja keras kelurahan dan peran aktif masyarakat, Kelurahan Dasan Cermen terpilih menjadi KBA terbaik di Indonesia. November lalu, Dasan Cermen juara I KBA Innovation 2019, di Belitung. Mengalahkan KBA Telaga Murni, Cikarang di urutan kedua, dan KBA Guyub Rukun, Karawang di posisi ketiga.

Spirit yang Terus Dijaga

Tahun depan, program KBA rencananya akan berakhir.  Tapi dia tidak mau semua yang dirintis berhenti.  Dia ingin, program KBA terus dikembangkan. ”Dasan Cermen akan tetap menjadi KBA seterusnya,” harap Henny.

KBA merupakan bentuk nyata sinergi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam membangun daerah. ”Melalui program KBA masyarakat dan perusahaan berkolaborasi mewujudkan wilayah bersih, sehat, cerdas, dan produktif,”kata Koordinator ASTRA Group Thomy Arga Budhi Pratomo.

Inovasi dan konsistensi program membuat Dasan Cermen menjadi juara.  Thomy menyebut, delapan indikator yang dinilai dalam KBA Innovation. Antara lain, inovasi dan ide-ide program unggulan, capaian porgram, dampak program, jumlah masyarakat penerima manfaat, pencapaian indikator KBA, keterlibatan para pihak, konsistensi, dan prestasi. ”Semua target KBA Dasan Cermen tercapai,” katanya.

Kelurahan Dasan Cermen juga telah menorehkan sederet prestasi. Antara lain, menjadi juara I lomba kelurahan tingkat Provinsi NTB 2018. ”Salah satunya karena inovasi dalam KBA,” katanya.

Juara II lomba Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman (Hatinya) PKK Provinsi NTB 2018. Juara I Kader Avicenna tingkat KBA 2018 di Bali. Juara I lomba Balai Penyuluhan Pertanian 2019, dan masuk ke tingkat nasional. ”Juga lomba kebersihan tingkat kota,” katanya.

Dalam menjalankan program, KBA Dasan Cermen cukup kompak. Masing-masing pilar memiliki koordinator. Pilar pendidikan dikoordinir Ust Misnul Hakim, pilar lingkungan dikoordinir M Al Hariri, pilar kesehatan Sri Rauhan dan pilar kewirausahaan Siti Aisyah.

Thomy berharap, melalui program KBA kelurahan dan desa bisa terus berkembang secara mandiri. Penataan lingkungan menjadi lebih baik dan kesejahteraan masyarakat meningkat. (*/r3)

 

KETERANGAN FOTO

F-EDUWISATA 2

SIRTU/pribadi

KOLAM RENANG: Anaka-anak bermain di kolam renang Dasan Cermen yang menjadi tempat rekreasi alternatif bagi warga setempat.

.