Keripik Cabai pun Melanglang ke Jerman dan Prancis
Media Online http://www.riaupos.co/192747-berita-keripik-cabai-pun-melanglang-ke-jerman-dan-prancis.html#.XCjOclUzaM8
Oleh: Muhammad Amin , 30 December 2018Kategori: Wartawan (Riau Pos)

KBA Indah Madani Pekanbaru, dari Gersang-Suram Menuju Hijau-Ceria

Keripik Cabai pun Melanglang ke Jerman dan Prancis

 

Dulu, di era akhir 1990-an, kawasan Tangkerang Labuai, Pekanbaru termasuk gersang. Ekonomi juga tidak bergerak baik. Kebanyakan kaum ibu menganggur. Tapi kini, kawasan ini telah berseri-seri. Hijau di sepanjang jalan. Geliat ekonomi juga meningkat seiring aktivitas kaum ibu yang mulai membantu perekonomian keluarga, kendati skala kecil.

 

Laporan MUHAMMAD AMIN, Pekanbaru

 

Renita (42) sedikit terlambat. Sudah pukul 11.00 WIB. Beberapa rekannya sudah lebih dahulu hadir. Kewajiban keluarga memang nomor satu sebelum datang ke markas Kampung Berseri Astra (KBA) Indah Madani di RT 04, RW 04, Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru itu. Setelah semua urusan rumah tangga selesai, baru mereka boleh berkumpul, berkreasi, dan berwirausaha.

Tempat pertemuan sekaligus ruang kreasi dan gerai itu sederhana. Hanya ruangan kecil empat kali empat meter. Di sana ada berkas administrasi, pajangan prestasi, foto-foto, dan kreasi kaum ibu anggota KBA Indah Madani.  Halamannya luas dan rindang. Itu yang juga membuat nyaman. Kendati bermarkas sederhana, semangat anggotanya luar biasa. Termasuk Renita. Dia pun hanya sebentar berbincang dengan beberapa rekan untuk koordinasi. Lalu dia pergi lagi.

"Harus jemput anak pulang sekolah. Nanti balik lagi," ujar Renita lantas tancap gas dengan sepeda motornya.

Setelah tugas jemput anak tuntas, Renita kemudian masuk "kantor". Tugas sudah menanti. Banyak kreasi kaum ibu di KBA Indah Madani ini. Sebagian sudah berkembang cukup pesat. Renita misalnya mengkoordinir pembuatan kerupuk cabai. Kerupuk berbahan ubi atau singkong ini ternyata disukai. Bahkan, keripik ini sudah sempat melanglang buana ke Jerman, Prancis, Arab Saudi, Jakarta, Bali, dan beberapa kota lainnya di Tanah Air.

"Banyak yang pesan karena mereka suka. Lalu keripik itu dibawa untuk oleh-oleh hingga ke Jerman dan Prancis," ujar Renita.

Sebenarnya, keripik yang dibuat kaum ibu KBA Indah Madani ini cukup mahal. Harganya Rp70 ribu per kg. Keripik lainnya di pasaran rata-rata berharga Rp40-Rp50 per kilogram. Tapi mereka tetap banjir pesanan. Rasanya memang khas. Ada yang original, pedas manis, atau pedas. Pemesannya dari berbagai macam lapisan masyarakat, yang terbanyak dari instansi pemerintah. Ada juga sekolah, perkantoran swasta, dan pribadi-pribadi. Ada yang sengaja membawa untuk bekal cemilan saat umrah, traveling, liburan, dan lainnya.

Bersama KBA Indah Madani, Renita ingin mengembangkan usaha rumahan ini. Langkah sudah disusun. Toko retail bahkan mal pun sudah siap menerima. Hanya saja tentu diperlukan syarat untuk industri makanan rumahan ini. Pihaknya masih mengurus perizinan pangan industri rumah tangga (PIRT) yang tahun 2018 ini kuotanya sudah habis.

"Mungkin tahun depan," ujarnya.

   

Dipesan Restoran hingga Caleg

Selain pembuatan keripik cabai, KBA Indah Madani juga membuat sabun cair dengan merk sabun cair madani (SCM). SCM juga sudah masuk pasar kendati di kalangan terbatas. Dari warung makan kelas ampera (rumah makan Padang), warung bakso, kafe, hingga restoran menjadi pelanggannya. Bahkan ada caleg yang memesan dengan kemasan khusus, juga harga berbeda.

"Dipesan 300 botol. Tapi ini profesional. Kemasannya tetap SCM, tanpa embel-embel caleg. Ini soal kepercayaan," ujar Renita.

Renita sendiri adalah salah satu peracik SCM dari beberapa anggota KBA Indah Madani. Dia sudah mengikuti pelatihan yang ditaja Dinas Kesehatan Provinsi Riau, khusus pembuatan sabun cair untuk cuci piring ini. Makanya, takaran dan komposisinya dijamin sudah sesuai dengan standar kesehatan, aman untuk kulit, dan bisa membersihkan piring, gelas, dan alat dapur lainnya dengan baik.

Dengan lugas dia memaparkan beberapa bahan untuk membuat sabun cair untuk cuci piring ini. Untuk satu paket SCM 18 liter, ada takaran tertentu sodium (SLS), NaCL, natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Mereka pun bekerja dengan profesional, lengkap dengan masker dan pelindung lainnya. Racikan itu dikemas dalam dua botol kecil untuk skala rumah tangga, yakni kemasan 1 liter dan 450 ml. Kemasan 1 liter dibanderol Rp13 ribu. Sedangkan yang 450 ml Rp9 ribu. Ada juga kemasan besar, yakni untuk restoran, rumah makan, dan kafe. Takarannya 5 liter dengan harga Rp50 ribu.

Sebagai perbandingan, ada juga sabun cuci piring cair skala industri besar yang sudah terkenal, yakni Sunlight dan Mama Lemon. Sunlight ukuran 450 ml dijual di pasaran Rp13.500, sedangkan Mama Lemon Rp11.500. Masih jauh lebih mahal dibanding SCM yang Rp9 ribu dengan takaran yang sama. Bagaimana dengan kualitas? Tentu bisa diadu. Selain murah, SCM ini juga sudah sesuai standar kesehatan secara nasional.

"Ada yang menyebut, busanya sedikit dibanding sabun cuci piring merk lain. Sebenarnya bisa kita tambahkan, tapi nanti jadinya dapat merusak tangan. Jadi yang begini saja sesuai standar Dinas Kesehatan," ujarnya.

Kepuasan pelanggan juga menjadi fokus pihak KBA Indah Madani. Salah satunya adalah menyangkut pengantaran SCM yang gratis selama di dalam kota. Kadang jaraknya sampai 10 km. Tentu dengan jumlah banyak, bukan sekadar eceran. Salah satunya adalah rumah makan ikan bakar yang cukup terkenal di Pekanbaru. Mereka memesan SCM ukuran lima liter setiap lima hari. Artinya, mereka menggunakan satu liter sehari untuk keperluan cuci piringnya.

"Sudah empat bulan berjalan dan sejauh ini tidak ada keluhan," ujarnya.

 

Masuk Mal hingga Medsos

Selain dipasarkan langsung ke restoran, rumah makan, dan kafe, pemasaran ke minimarket juga sedang dijajaki. Salah satu minimarket waralaba terkenal menyatakan siap menjualkan SCM. Begitu juga supermarket siap menampungnya. Apalagi, Pekanbaru sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur soal komposisi produk UKM di sebuah gerai atau toko. Minimal harus ada 20 persen produk lokal UKM di sebuah gerai, toko, atau supermarket. Pihak KBA Indah Madani masih menunggu perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) berdasarkan Permenkes RI Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 untuk legalitas pemasaran ke toko retail resmi.

"Segera setelah PKRT keluar, SCM bisa masuk mal dan gerai minimarket seperti Indomaret atau Alfamart," sebutnya.

Selain itu, pemasaran SCM juga dilakukan di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan melalui Watshap Group (WAG). Tapi jumlahnya tak ada terlalu banyak dibandingkan dijual langsung. Paling tidak, sebagian pelanggan mengenal SCM melalui media sosial ini, dan mulai ada yang memesan.

 

Semarakkan Songket dan Tanjak

Produk KBA Madani lainnya adalah songket. Kain songket bisa dibuat menjadi baju kurung Melayu hingga tanjak, penutup kepala khas Melayu, yang dalam dua tahun terakhir kembali tren. Kain tenun khas Melayu ini dibuat seorang ibu rumah tangga anggota KBA Madani bernama Desi. Maka merk dagangnya pun jadi SDM atau songket Desi madani. Desi memilih bergabung dengan KBA Madani karena punya kesempatan lebih besar dalam memasarkan produknya. Sebelumnya, dia pernah mengikuti pelatihan membuat songket dan memasarkan sendiri.

"Sekarang pemesanan lebih banyak karena kami bisa ikut bazar, pameran, juga dipajang di gerai," ujar Desi.

Banyak juga pejabat, mulai tingkat kelurahan hingga kota yang memesan songket ini.  Bahkan, seorang kepala dinas di lingkungan Pemko Pekanbaru tak pernah absen memesan songket SDM ini dalam banyak momen. Jika ada penggantian camat, penggantian lurah, juga kepala dinas, SDM juga kerap dipesan. Saat ada iven atau bazar, pesanan juga meningkat.

"Harganya memang agak mahal, yakni Rp1,5 juta per lembar. Makanya kebanyakan ibu-ibu pejabat yang memesan," ujar Desi.

Selain berbentuk pakaian dan tanjak, kain songket kini juga dikembangkan lagi menjadi berbagai produk. Di antaranya sarung, selendang, dompet, tas berbagai ukuran dan pernik kecil lainnya. Dengan bergabung bersama KBA Indah Madani, songket pun makin marak dan makin dikenal di berbagai iven bazar. Sebab, KBA Indah Madani termasuk yang paling sering diundang dalam iven-iven usaha kecil menengah (UKM) yang dilaksanakan Pemprov Riau maupun Pemko Pekanbaru.

 

Berawal Prihatin Kegersangan dan Pengangguran

Kampung Bestari Astra (KBA) Indah Madani hadir di Pekanbaru melalui proses yang cukup panjang. Hal itu bermula dari keprihatinan tokoh masyarakat setempat, Mirshal, atas kegersangan lingkungannya. Waktu itu tahun 1998, sekitar dua puluh tahun lalu, Mirshal bersama klub motornya, Purek, berinisiatif membeli 100 pohon mahoni untuk penghijauan lingkungan. Mereka mengundang lurah, camat, juga Kasatlantas untuk hadir dua puluh tahun lalu.

Penghijauan di lingkungan itu pun lambat laun terwujud. Mirshal tak pernah bermimpi, 100 pohon yang mereka tanam kemudian menjadi isu lingkungan yang menarik. Sebab, pelan-pelan kawasan gersang di pinggiran Pekanbaru itu menjadi teduh dan asri. Itu semakin nyata ketika di tahun 2014, Camat Bukit Raya, Fiora Helmi mempromosikan apik dan hijaunya lingkungan di kawasan Jalan Kopi ini kepada pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota (DLHK) Pekanbaru.

Pihak DLHK kemudian mendatangi kawasan ini. Mereka melakukan verifikasi secara detil. Hasilnya, empat bulan kemudian, kawasan ini diajukan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau sebagai Kampung Proklim. Tawaran diajukan kepada RW, yang setara tingkat kampung. Akan tetapi karena ketua RW sibuk, maka dialihkan kepada ketua RT 4 yang ketika itu diamanahkan kepada Mirshal.

Dengan sudah ditetapkannya sebagai Kampung Proklim, maka penunjang untuk penghijauan pun diberikan. Di antaranya perangkat hidroponik satu set, bor biopori 30 batang, perangkat kompos (drum khusus) satu unit, lima cangkul, dan lima sekop. Mirshal yang merupakan tamatan STM tentu tak mengerti tanam-menanam. Tapi dia kemudian belajar dan akhirnya bisa mengembangkan tanaman hidroponik. Bahkan mereka sudah bisa panen hingga delapan kali. Hasilnya hanya dibagikan kepada masyarakat. Tidak dijual.

Pada tahun 2017, pihak DLHK mempertemukan dengan pihak Astra yang sudah punya program Kampung Bestari Astra (KBA) secara nasional. Program lingkungan dengan Proklim RW 04 Kelurahan Tangkerang Labuai dinilai berhasil. Ini sejalan dengan KBA, yang salah satunya mengenai isu lingkungan. Selain isu lingkungan, ada tiga program lainnya untuk melengkapi empat pilar KBA.

"Mengenai lingkungan ini kita dinilai sudah baik. Tiga aspek lainnya yang belum dan ini akan melengkapi empat pilar itu," ujar Mirshal.

Empat pilar itu adalah pendidikan, kesehatan, UKM, dan penghijauan. Untuk menindaklanjuti rencana itu, Mirshal diikutsertakan dalam studi banding ke KBA Cengkeh Turi, Binjai, Sumatera Utara. Dari sanalah dibuka wawasan tentang perbaikan perkampungan dari empat pilar itu.

Pulang dari Binjai, diadakan rapat dengan RT, RW dan tokoh masyarakat setempat untuk membentangkan program empat pilar Kampung Bestari Astra. Pemuka masyarakat setuju untuk membentuk KBA yang kemudian dinamakan KBA Indah Madani tersebut. 29 Oktober 2017, dimulailah KBA Indah Madani ini. Wali Kota Pekanbaru Firdaus bahkan hadir kendati awalnya tak diundang.

"Pak lurah minta izin tak bisa ke acara Pak Wali karena mau meresmikan KBA Indah Madani. Bukannya Pak Lurah saja, rupanya Pak Wali juga ikut acara ini," ujar Mirshal sambil tersenyum, mengenang.

Sebagai wujud nyata kontribusi Astra Internasional pada KBA ini, maka bantuan pun diberikan. Bantuan sesuai empat pilar, yakni pendidikan, kesehatan, UKM, dan lingkungan. Di antaranya adalah kursi untuk MDA 20 unit,  alat pengukur tensi digital, timbangan digital balita dan lansia masing-masing satu unit. Lalu pohon mangga 15 batang, pucuk merah 20 batang, jambu air 10 batang, dan lengkeng 10 batang. Untuk pilar pendidikan diberikan beasiswa bagi 35 orang. Masing-masing untuk murid SD Rp480 ribu per orang per tiga bulan, siswa SMP Rp630 ribu dan SMA Rp750 ribu. Terbanyak yang mendapatkan adalah murid SD yakni 24 orang, selanjutnya SMP tujuh orang, dan SMA empat orang.

"Semuanya melalui mekanisme seleksi. Tentu yang tak mampu yang dapat. Dan ini sangat membantu karena warga kami banyak yang tidak mampu," ujarnya.

Mirshal yang saat ini dipercaya sebagai kader penggerak KBA Indah Madani ini berterima kasih atas kontribusi Astra Internasional pada wilayahnya. Sebab, pembinaan yang dilakukan Astra Internasional sudah teruji. Tinggal bagaimana komitmen masing-masing pengelola untuk memajukan masing-masing anggotanya. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari hal-hal kecil dan pengelolaan harus dilakukan secara profesional, dan itu langsung dicontohkan dan diaplikasikan Astra Internasional dalam konsep KBA ini.

"Astra melihat bagaimana kita bergerak, sudah mampu berkreasi sendiri, bukan dari nol. Kalau kita bergerak, ikhlas, akan banyak yang membantu. Salah satunya dari Astra ini yang tidak kami duga sebelumnya," ujar pria yang juga Ketua LPM Tangkerang Labuai ini.

 

Kembangkan IKM

Saat ini, KBA Indah Madani terus berkembang, termasuk dalam pengembangan industri kecil dan menengah. Dengan pinjaman Rp2,5 juta saja, KBA Indah Madani sudah mengembangkan beberapa lini bisnis skala rumahan. Anggotanya kebanyakan kaum ibu. Jumlahnya sembilan orang. Mereka bahu-membahu untuk memproduksi dan menjual produk IKM. Produksi yang sudah ada antara lain sabun cair madani (SCM), keripik cabai madani (KCM), songket Desi madani (SDM), pembuatan kue dan katering, juga bros, dan suvenir.

Pembayaran kredit tanpa bunga dari Astra itu tidak harus reguler. Bisa sekali bayar atau untuk digulirkan lagi pada industri kecil baru. Hal itu pula yang direncanakan pihak KBA Indah Madani karena di RT 02 masih di RW dan kelurahan yang sama, ada niat juga membuka lini bisnis IKM lainnya. Kredit tanpa bunga dari program Astra ini bisa disalurkan ke sana. Inilah juga fungsi KBA Indah Madani yang sedang dilaksanakan, yakni membina dan menciptakan industri kecil baru.

"Kami sedang membicarakan untuk pengembangan itu," ujar Mirshal.

 

Raih Penghargaan

KBA Indah Madani sebenarnya baru seumur jagung, setampuk pinang. Masih baru. Berumur dua tahun dari target lima tahun, usia KBA "senior" yang sudah bisa lepas dari pembinaan Astra, sesuai kontraknya. KBA Indah Madani sendiri "naik kelas" dari bintang satu langsung ke bintang tiga karena dianggap kreatif dan memiliki akselerasi. Tidak melalui bintang dua. Kendati masih baru, tapi, bicara prestasi, KBA Indah Madani ternyata sudah go nasional.

KBA Indah Madani bahkan meraih penghargaan 10 besar finalis KBANNOVATION 2018 pada 26 November di Bali. Dari Sumatera, hanya KBA Indah Madani bintang tiga yang masuk nominasi. Bahkan KBA Binjai, tempat KBA Indah Madani belajar, tidak masuk nominasi sepuluh besar. KBA Indah Madani memang hanya meraih peringkat keempat dari sepuluh besar. Tapi peringkat satu hingga tiga merupakan KBA senior dan sudah jauh berkembang karena mereka sudah bintang lima.

"Kita tidak mengejar prestasi. Tapi tentu semua yang kami kerjakan dinilai Astra. Bagi kami, yang terpenting masyarakat terbantu. Terima kasih Astra," ujarnya.***