Kisah Inspiratif Abdi Setiawan, Wujudkan Indonesia Terang di Pedalaman Papua Lewat Literasi Stunting
Oleh: Yoga Pratama , 2023-07-27 12:37:35Kategori: Wartawan (Aspirasiku.id)Media Online
https://www.aspirasiku.id/nasional/1099607839/kisah-inspiratif-abdi-setiawan-wujudkan-indonesia-terang-di-pedalaman-papua-lewat-literasi-stunting

Oleh : Yoga Pratama

ASPIRASIKU - Di balik hutan belantara dan gunung-gunung tinggi di pedalaman Papua, terdapat kisah inspiratif seorang tokoh yang berjuang mewujudkan Indonesia terang melawan tantangan stunting. 

Namanya Abdi Setiawan, seorang perawat Kelompok Siloam penerima apresiasi Astra tingkat provinsi 2021 lewat program SATU Indonesia Awards, atas peranannya dalam program pencegahan stunting di pedalaman Papua.

Abdi, yang berasal dari Lampung, telah menunjukkan dedikasinya dalam melawan stunting, masalah gizi kronis yang merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak di Papua.

Usai lulus kuliah, pada tahun 2017 ia memutuskan berangkat ke Papua. Pada tahun tersebut pengabdiannya untuk wujudkan Indonesia terang lewat literasi stunting pun dimulai.

Astra lewat programnya menjadikan Abdi Setiawan sebagai salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards, ia sebagai salah satu penerima di tingkat provinsi pada tahun 2021.

Dalam program ini, Astra memberikan penghargaan kepada Abdi yang merupakan bagian dari tim Siloam atas dedikasinya menebar semangat membangun masa depan bangsa Indonesia lebih baik.

Rabu, 26 Juli 2023 Aspirasiku berkesempatan mewawancarai Abdi Setiawan, sosok inspiratif yang sampai saat ini masih mengabdi di pedalaman Papua.

Ada banyak yang diceritakan Abdi Setiawan, selain kenangannya bisa sampai mendapatkan penghargaan sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra tingkat Provinsi di tahun 2021.

"Program pencegahan stunting bukanlah tugas mudah," ini kata pertama yang disampaikan Abdi Setiawan.

Penulis mencoba mendalami apa yang disampaikan Abdi Setiawan ini. Pasalnya, Abdi harus bertarung dengan rendahnya literatur masyarakat di pedalaman Papua ini.

Maka, ketika tau tingginya angka kemungkinan besar terjadinya stunting di wilayah pengabdiannya bersama Siloam, program yang bisa ia kuatkan adalah literasi stunting.

Dimana program ini yang juga menjadi misinya ke beberapa daerah di pedalaman Papua. Seperti, Provinsi Papua Selatan; Danowage kabupaten Bovendigoel.

Lalu, Papua Tengah; Daboto kabupaten Intanjaya dan Papua Pegunungan; Mamit kabupaten Tolikara, Tumdungbon kabupaten Pegunungan Bintang, Nalca dan Korupun Kabupaten Yahukimo.

Di tempat-tempat tersebut Abdi dan timnya berupaya bahwa persoalan stunting tidak hanya difokuskan kepada anak setelah lahir.

Akan tetapi juga dipengaruhi nutrisi dan perawatan sejak masa kehamilan ibu. Bahkan dalam 1000 hari pertama kehidupan sang anak.

"Masa kritis dalam pembentukan pertumbuhan anak ini yang harus diperjuangkan. Bahkan memaksimalkan sosialisasi sampai ke wanita produktif, sejak anak-anak perempuan duduk dibangku sekolah," katanya kepada Aspirasiku.

Abdi juga menjelaskan, bahwa berbagai tantangan tentu dihadapi dirinya dan teman-teman pengabdi lainnya.

"Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan program ini adalah terbatasnya akses dan literasi di pedalaman Papua," katanya.

"Penduduk di sana tinggal di daerah terpencil yang sulit dijangkau, membuat pendataan dan penyuluhan menjadi lebih rumit," ujarnya menambahkan.

Meskipun begitu, Abdi dan timnya tak pernah menyerah. Mereka berusaha meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan mengaplikasikan program pencegahan stunting.

Siloam, dengan dukungan dari PT Matahari dan berbagai mitra lainnya yang berperan sebagai donatur dalam program terus berupaya bagaimana peningkatan status gizi anak bisa dikejar. Sehingga, penurunan kasus stunting berhasil dilakukan. 

"Keberagaman budaya, bahasa, dan adat istiadat juga menjadi tantangan yang dijumpai selama saya berada di sini," kata Abdi.

Beberapa cara yang dilakukan di luar prosedur pun dilakukan, namun tetap berjalan di jalur yang tepat dan tidak menyalahkan SOP yang sudah dibuat.

"Jadi kami lakukan beberapa pendekatan, seperti menggunakan translater, pendekatan lewat sekolah dan gereja," kata dia.

Langkah ini, menurut Abdi sangat efektif. Pasalnya tokoh-tokoh yang bisa menerjemahkan bahasa para tutor yang memberikan sosialisasi ini pesannya lebih cepat sampai ke masyarakat.

"Jadi untuk menyampaikan pesan dan memberikan pemahaman pentingnya gizi dan pencegahan stunting ini bisa cepat dilakukan karena masyarakat menurut dengan apa yang disampaikan tokoh di gereja, dan lainnya," kata Abdi.

Pasalnya, menurut Abdi, disadari juga bahwa pencegahan stunting tidak hanya melibatkan aspek nutrisi.

Akan tetapi, kata Abdi, juga hal-hal lain seperti akses air bersih dan toilet umum yang memadai untuk mengurangi risiko infeksi dan penyakit.

"Sebagai ayah dari dua anak yang berusia 2,5 tahun, saya memahami betapa pentingnya peran orang tua dalam memberikan asupan gizi yang tepat dan pengasuhan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak," katanya.

"Ini saja belum cukup. Pemahaman bagaimana bisa mengurangi risiko infeksi dan penyakit juga harus terus diberikan, ketersediaan air bersih dan toilet umum juga jadi program pioritas pengentasan stunting dan penyakit lainnya," kata Abdi.

Oleh karena itu, Abdi belum berniat kembali ke kampung halamannya di Lampung. Ia dan sang istri masih berusaha aktif berpraktik dengan masyarakat, khususnya para ibu, untuk memberikan pemahaman yang baik tentang nutrisi dan perawatan anak.

"Sampai batas waktu yang memang mengharuskan kami kembali. Namun ada harapan saya dan istri harus melanjutkan pendidikan, sehingga bisa mengabdi lebih besar ke masyarakat," katanya.

Perubahan Nyata untuk Masa Depan Anak-anak Papua

Abdi Setiawan berkomitmen untuk terus berjuang melawan stunting di pedalaman Papua. Permasalahan literasi menjadi permasalahan bersama.

Inilah yang terjadi perbedaan bagaimana berjuang pengentasan stunting di pedalaman Papua dengan di wilayah perkotaanya.

Namun Abdi percaya, ada perubahan nyata untuk masa depan anak-anak Papua ketika semua stakeholder bergerak bersama.

"Setiap harapan besar dimulai dari langkah kecil. Melalui upaya kolaboratif yang saat ini terbangun terus diupayakan bagaimana Mama (sapaan ibu-ibu di Papua) bisa terus diberikan pemahaman untuk tumbuh kembang anaknya yang lebih baik," kata dia.

Kehadiran Abdi di pedalaman Papua menjadi lebih berarti karena ia bukan hanya seorang perawat, tetapi juga menjadi contoh teladan bagi masyarakat setempat. 

Abdi dan istri benar-benar mengajarkan mama-mama pedalaman Papua, bahkan wanita yang duduk dibangku SMA untuk memberikan berbagai pemahaman literasi tentang stunting, tumbuh kembang, kesehatan dan lainnya.

"Aksesibilitas menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam program pencegahan stunting di pedalaman Papua," katanya.

"Kondisi geografis yang terpencil dan akses transportasi yang terbatas menyulitkan pendataan dan penyuluhan kepada masyarakat. Namun berbagai solusi kreatif tentu hadir untuk mengatasi ini," yakinnya.

Untuk itu, berbagai kerjasama hadir, Siloam dan Abadi beserta istrinya tak bekerja sendiri. Kolaborasi terbangun, pihak gereja, swasta lewt CSR dari perusahaan lainnya, sekolah-sekolah, tokoh adat, memberikan pemahaman kuat pentingnya kolaborasi membangun Indonesia terang dari stunting.

"Perjuangan pengentasan stunting, permasalahan gizi, dan pencegahan sesuatu yang tak diinginkan masyarakat tentu menjadi lebih mudah diimplementasikan ketika semua berkolaborasi," tukasnya.***