Semangat Tutus Setiawan Guru Penyandang Tunanetra, Mematahkan Stigma Negatif Berdayakan Tunanetra
Oleh: DEWI ARYANTI , 2023-10-13 20:02:56Kategori: Wartawan (olret.viva.co.id)Media Online
https://olret.viva.co.id/news/10662-semangat-tutus-setiawan-guru-penyandang-tunanetra-mematahkan-stigma-negatif-berdayakan-tunanetra

Tunanetra adalah orang yang kehilangan penglihatan atau buta. Kondisi yang pastinya membuat seseorang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas. Lambat dalam bergerak dan kesulitan untuk menulis ataupun membaca.
 
Tidak jarang penyandang Tunanetra seperti halnya teman-teman disabilitas lainnya, kerapkali mendapat diskiriminasi dari masyarakat, sulit mendapat pekerjaan dan kerap berakhir jadi pengemis dijalanan.
 
Namun berbeda halnya dengan sosok inspiratif penerima penghargaan SATU Indonesia Awards dari ASTRA tahun 2015 bidang pendidikan sebuah apresiasi yang diberikan oleh ASTRA bagi generasi muda yang tak mengenal lelah dengan penuh ketulusan memberi manfaat bagi masyarakat.
 
Namanya Tutus Setiawan, seorang penyandang tunanetra dari Surabaya, yang tidak menjadikan kekurangannya sebagai sesuatu yang menghentikan dirinya untuk berkembang.
 
Beliau adalah guru Tunanetra dari Kota Surabaya, yang mendobrak gaya pembelajaran pada Tunanetra. Pak Tutus kehilangan penglihatannya diusia 8 tahun, saat masih duduk dibangku SD karena sebuah kecelakaan, meski telah menjalani 3 kali operasi mata namun penglihatannya tidak kunjung kembali dan dokter menyatakan Tutus kehilangan penglihatannya.
 
Kondisi ini tidak lantas membuatnya putus asa, dengan semangat dan optimisnya, beliau tetap melanjutnya sekolahnya dan menyelesaikan sekolah tingkat pertamanya di SLB YPAB Surabaya dan beliau pun dengan berani keluar dari zona nyaman dengan melanjutkan pendidikan SMA-nya di sekolah reguler yaitu SMA Kemala Bayangkari II, meski sempat mengalami kesulitan dalam beradaptasi namun ia menyadari jika ia harus bersosialisasi dan masuk dalam tongkrongan teman-temannya.
 
Disini titik balik seorang Tutus Setiawan, selain memiliki banyak teman dan mendapat dukungan, ia pun memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Beliau pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (UNNESA) hingga S2. Seperti halnya mahasiswa pada umumnya, Tutus pun mengikuti ujian masuk penerimaan mahasiswa baru.
 
Namun setinggi apapun pendidikan dan prestasi yang di raihnya. Namun stigma negatif yang ada dimasyarakat tetaplah mengiringi langkahnya. Persepsi tidak meyakinkan orang-orang dengan keterbatasannya kerap ia dapati, banyak yang meragukan jika seorang tunanetra bisa berkarya, bekerja serta memiliki kemampuan dan mampu bekerja layaknya orang normal.
 
LEMBAGA PEMBERDAYA TUNANETRA (LPT)
 
Tutus Setiawan adalah pengembang metode pendidikan berdaya disibilitas khususnya Tunanetra. Bersama dengan rekan-rekannya sesama tunatera, mereka mendirikan Lembaga Pemberdaya Tunanetra (LPT) pada tahun 2003.
 
LPT adalah wahana diluar sekolah yang khusus melatih pendidikan dan keterampilan, riset dan advokasi serta melatih kepercayaan diri dan mental penyandang Tunanetra khususnya untuk bisa bersaing dalam dunia kerja.
Program utamanya adalah pendidikan dan pelatihan yaitu dengan harapan supaya teman-teman tunanetra siap terjun kedunia kerja dan memiliki pendidikan yang layak dan mematahkan anggapan masyarakat jika tunanetra tidak memiliki kemampuan.
 
LPT yang didirikan Pak Tutus juga telah melakukan beberapa pelatihan seperti, pelatihan komputer bicara, jurnalistik, IT, Master of Ceremony dan berbagai jenis pelatihan lainnya yang bisa mengasah mental para tunanetra saat beradaptasi dengan masyarakat dengan berbagai kondisi.
 
Lalu program Advokasi sebuah bentuk pendampingan yang diberikan kepada teman-teman tunanetra yang kerap mengalami hambatan dan gangguan serta memberi perlindungan kepada para tunanetra untuk mendapat kesetaraan hukum dan hak-hak yang mereka miliki.
 
Lalu ada riset yang memiliki tujuan mendalami sarana dan prasarana bagi para penyandang disabilitas yang akan menjadi masukkan ke pemerintah setempat.
 
Tutus Setiawan tidak hanya mendobrak stigma masyarakat dan membuktikan jika penyandang tunanetra juga bisa hidup berdampingan dengan masyarakat.
 
Namun beliau juga mematahkan asumsi jika penyandang disibilitas khususnya tunantera juga mampu hidup mandiri dan bekerja secara umum.
 
Pak Tutus tetap konsisten hingga kini melatih mental para penyandang Tunanetra untuk berani, percaya diri, mandiri dan mematahkan sitgma masyarakat. Di Indonesia Pak Tutus Setiawan adalah pionernya.