Merta Yoga Bantu Nelayan Bali Tangkap Ikan Pakai Aplikasi Canggih
Oleh: Rijalu Ahimsa , 2023-10-16 20:31:31Kategori: Umum (https://www.idntimes.com/rijalu-ahimsa)Media Online
https://www.idntimes.com/life/inspiration/rijalu-ahimsa/merta-yoga-bantu-nelayan-bali-tangkap-ikan-pakai-aplikasi-c1c2?page=all

Merta Yoga Bantu Nelayan Bali Tangkap Ikan Pakai Aplikasi Canggih
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil lautnya. Masyarakat di beberapa daerah Indonesia mengandalkan hasil tangkapan ikan untuk menyambung hidup, tidak terkecuali di Bali. Namun, nelayan-nelayan kecil di Bali pada awalnya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mencari ikan karena hanya bermodalkan insting dan pengalaman di laut. Tidak hanya itu, saat wilayah lautnya didatangi oleh kapal besar yang mampu mengambil hasil laut lebih banyak, hal ini bisa membuat mereka kesulitan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang optimal. Itu sebabnya, kehidupan nelayan sebenarnya tidak benar-benar makmur meski potensi hasil laut Indonesia melimpah.

Ini menggerakkan tekad seorang pemuda dengan latar belakang information technology (IT) untuk membantu para nelayan kecil di Bali menangkap ikan lebih banyak dengan bantuan aplikasi ponsel. Dialah I Gede Merta Yoga Pratama, founder aplikasi Fish Go yang hingga kini membantu para nelayan Bali untuk menangkap ikan dengan lebih efisien. Beginilah kisah inspiratif Yoga dalam membangun aplikasi canggih untuk para nelayan di Bali.

1. Berawal dari ketimpangan kehidupan nelayan di Bali
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Awal kisah Yoga berniat membantu nelayan adalah saat dirinya melihat ketimpangan di Bali. Pada 2017 silam, Yoga yang sedang mengerjakan proyek lapangan memerhatikan ada perbedaan drastis masyarakat di Bali. 

"Inspirasi awalnya (membuat Fish Go) karena ada proyek lapangan, terus saya melihat ketimpangan yang sangat nyata di Bali. Waktu itu saya jalan, dari utara ke selatan sisi kirinya, saya lihat hotel-hotel, restoran. Banyak turis di sana makan seafood, tapi di sisi kanannya saya lihat justru nelayan-nelayan yang narik ikan malah kehidupannya jauh dari kata layak," ucap Yoga pada Sabtu (30/09/2023).

Berasal dari perasaan iba akibat ketimpangan keadaan itu, Yoga berniat membantu para nelayan kecil melalui bidang yang dia geluti, yakni teknologi. Usaha membuat sebuah sistem melalui teknologi untuk nelayan dimulai oleh Yoga melalui aplikasi Fish Go.

2. Fish Go terinspirasi dari game populer Pokémon GO
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Pada 2017, Pokémon GO sangat populer karena memanfaatkan teknologi kenyataan tertambah (augmented reality) yang memungkinkan para penggunanya seolah menangkap Pokémon di kehidupan nyata. Game ini menjadi salah satu inspirasi Yoga untuk membuat aplikasi serupa, tetapi untuk nelayan menangkap ikan.

"Saya buatkan aplikasi Fish Go itu terinspirasi dari Pokémon GO karena alurnya sederhana. Jadi, kalau nelayan mau nangkap misalnya ikan lemuru, tinggal buka aplikasi, pilih ikannya, pilih berangkat dari port mana, nanti akan ditunjukkan oleh aplikasi. Dari sebelum melaut, aplikasi Fish Go sudah kasih tahu ikan lemuru itu ada di sekian kilometer dari garis pantai," ungkap Yoga.

Selain itu, Yoga juga belajar dari negara tetangga saat dia sedang pertukaran pelajar ke Jepang. Menurut Yoga, di Jepang sudah menggunakan teknologi yang berkembang pesat untuk menangkap ikan.

"Di sana (Jepang), saya melihat bahwa penggunaan teknologi khususnya untuk tangkapan nelayan itu sudah berkembang pesat. Dari sana, muncullah ide, gimana, sih, nantinya bisa menerapkan ilmu-ilmu yang saya peroleh tadi untuk masyarakat?" Ucap Yoga.

Yoga menambahkan bahwa teknologi Fish Go memanfaatkan sistem navigasi. Dengan begitu, aplikasi bisa memberi informasi lokasi dan waktu saat ikan banyak berkumpul kepada nelayan.

3. Fish Go menggunakan metode prediksi data dan real time berbasis IoT
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Yoga memaparkan bahwa Fish Go bekerja melalui metode prediksi data citra satelit yang diakumulasi selama sepuluh tahun. Yoga mengambil dua data utama dari citra satelit, yaitu suhu ikan nyaman untuk hidup dan data klorofil-a yang mengindikasikan lokasi ikan mencari makan. Dari kedua data tersebut, nelayan mendapat titik koordinat di mana mereka harus menangkap ikan dan jam berapa ikan-ikan banyak berkumpul di area potensial.

Selain itu, Yoga menjelaskan bahwa Fish Go juga menggunakan metode real time (waktu nyata) memanfaatkan internet of things (IoT ) dengan cara menembakkan gelombang akustik ke dalam air menggunakan alat bersensor yang diberi nama Patriot. Alat ini terhubung langsung dengan aplikasi Fish Go.

"Jadi (Patriot) ini akan menembakkan gelombang akustik sekian desibel (ke dalam laut). Kemudian, setiap objek ikan yang terdeteksi akan mengumpulkan target strength (kekuatan target untuk memantulkan suara). Nah, itu yang dianalisis untuk mengetahui letak ikan (lalu ditampilkan ke Fish Go)," ucap Yoga menjelaskan.

Yoga menjelaskan bahwa Fish Go menyelesaikan tiga masalah utama para nelayan, yakni lokasi yang tepat untuk menangkap ikan, waktu penangkapan ikan yang tepat, dan rute yang aman untuk melaut. Fitur-fitur Fish Go berupa sistem navigasi, informasi cuaca, kecepatan angin, ketinggian gelombang, pertolongan darurat yang terhubung ke tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan koordinat penangkapan ikan dibantu Patriot yang memanfaatkan IoT tadi. Semuanya menjadi solusi cerdas bagi nelayan menangkap ikan.

Yoga memaparkan memang proyek ini dibuat untuk membantu para nelayan. Namun, dirinya juga tidak boleh mengabaikan keakuratan data dan kemungkinan kegagalan data yang disajikan. Setiap komponennya dibuat cukup kompleks dan dianalisis dengan baik untuk menyajikan data yang seakurat mungkin.

 

4. Tantangan kecanggihan Fish Go di tengah para nelayan yang masih tradisional
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Meski terbilang aplikasi canggih, Yoga awalnya memiliki kesulitan untuk membujuk para nelayan menggunakan Fish Go. Yoga menuturkan bahwa dirinya harus turun langsung berbaur dengan nelayan agar mereka mau menggunakan Fish Go. Selain itu, tujuannya juga agar bisa mengetahui kondisi lapangan saat nelayan sehari-hari melaut. Bahkan, Yoga harus mengubah Fish Go yang awalnya berbasis web menjadi aplikasi ponsel agar lebih mudah digunakan.

"Awalnya saya buat website, tapi kalau untuk nelayan melaut buka website, kan, agak sulit, ya. Nah, di situ kami sempat melakukan beberapa riset lagi untuk cari market fit (kecocokan terhadap pasar) sampai akhirnya platform utama kami kita buat aplikasi," ungkap Yoga.

Yoga menceritakan bahwa para nelayan terbiasa membawa ponsel saat melaut. Selain untuk menghubungi keluarga, mereka menggunakannya untuk mendengarkan radio. Berawal dari kebiasaan para nelayan ini, Yoga kemudian mengubah Fish Go menjadi aplikasi untuk ponsel.

Meski sudah semakin mudah, pada awalnya Fish Go masih mengalami penolakan oleh para nelayan. Bahkan, Yoga yang bukan perokok harus rela pura-pura merokok demi berbaur dengan nelayan dan membujuk mereka menggunakan Fish Go.

"Awal-awal itu nolak, bahkan saya gak perokok pun harus pura-pura merokok supaya bisa ngobrol doang sama nelayan. Karena kalau kita tiba-tiba datang, Pak ini teknologi begini-begini (bakal tidak) dihiraukan sama mereka," ucap Yoga.

Yoga menceritakan dari 2017 Fish Go dibuat, baru Juni 2019 Fish Go mendapatkan pengguna pertama. Selama setahun berlalu, baru 326 pengguna yang mendaftar. Bahkan, biaya untuk nelayan melaut demi menguji coba Fish Go pun harus dibiayai oleh Yoga. Sampai akhirnya, Yoga dibantu oleh pemerintah daerah untuk mengedukasi nelayan.

"Ngumpulin nelayan itu sulitnya minta ampun. Mereka gak mau kalau gak ada istilahnya uang bensin, (mereka) gak mau kumpul. Akhirnya, kita waktu itu dibantu pemda, sama dinas perikanan, sama Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan). Waktu itu, kita difasilitasi untuk sosialisasi teknologi tepat guna, akhirnya datang itu mereka (nelayan) untuk uji coba," tutur Yoga. 

Karena usaha keras Yoga yang dibantu oleh pihak pemerintah, akhirnya para nelayan mulai tersadar bahwa teknologi Fish Go benar-benar bisa membantu mereka. Fish Go mulai banyak digunakan nelayan di Bali karena informasinya menyebar dari nelayan ke nelayan. Berkat keberhasilannya, Fish Go semakin dikenal, bahkan berhasil dikontrak dan dibiayai oleh pemerintah daerah setempat.

5. Fish Go berhasil menaikkan hasil melaut para nelayan
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Tak hanya populer karena kecanggihannya melacak ikan, tapi Fish Go juga memiliki dampak peningkatan nyata akan hasil tangkapan ikan untuk para nelayan. Yoga menjelaskan bahwa ada beberapa indikator berhasilnya Fish Go membantu para nelayan. 

"Ada tiga (pengukuran dampak penggunaan Fish Go) yang kita fokuskan, yaitu jumlah hasil tangkapan before after (sebelum dan sesudah), kemudian yang kedua adalah penggunaan bahan bakar before after, dan yang ketiga adalah waktu penangkapan," ucapnya.

Yoga mengatakan bahwa para nelayan setelah menggunakan Fish Go mampu mendapatkan ikan rata-rata 120 kg. Selain itu, terjadi pula penghematan waktu untuk melaut. Menurut Yoga, biasanya para nelayan bisa melaut hingga 28 jam karena harus mencari area mana yang banyak ikannya. Namun, setelah menggunakan Fish Go, para nelayan cukup melaut selama 6 jam saja untuk memenuhi target penangkapan ikan.

"Jumlah tangkapan sendiri untuk baby tuna ada peningkatan sebesar 50,96 persen, untuk lemuru 46,8 persen, kemudian kenyar 54,72 persen. Kalau untuk waktu penangkapan sendiri, semula itu ngabisin hampir 28 jam untuk satu kali rute penangkapan. Itu sekarang kita efisiensikan jadi 6 jam per tripnya," ucap Yoga.

Selain itu, menurut Yoga, nelayan juga bisa menghemat bahan bakar kapal hingga 30 persen setelah menggunakan Fish Go. Yoga menjelaskan, meski jarak yang diberikan Fish Go mungkin cukup jauh, di tempat itu pasti ada ikan. Jadi, usaha ini lebih menghemat bahan bakar ketimbang nelayan harus bermodalkan insting mencoba-coba ke beberapa lokasi. 

6. Fish Go memiliki produk turunan untuk membantu keluarga nelayanMerta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Yoga tak hanya memikirkan para nelayan untuk mendapatkan lebih banyak ikan. Namun, dia juga berpikir bagaimana agar keluarga nelayan menjadi lebih sejahtera. Dari keberhasilannya melalui Fish Go, Yoga membuat produk-produk turunan yang masih berkaitan dengan tangkapan ikan nelayan.

Salah satu produknya adalah Kinzi, yaitu produk keripik kulit ikan tuna sebagai salah satu bentuk konsep perikanan berkelanjutan karena memanfaatkan kulit ikan yang biasanya merupakan limbah. Selain itu, produk ini juga bagian dari usaha untuk women empowerment (pemberdayaan perempuan) karena membuat para istri nelayan mendapat pekerjaan dan penghasilan sendiri.

"Kita kerja sama dengan beberapa NGO (non-governmental organization). Ikan-ikan hasil tangkapan itu saya buat kemasan. Diajarin ibu-ibunya ini ngolah. Selain teknologi, kita juga ada empowering women-nya," ucap Yoga.

Selain itu, ada juga JukBé, semacam layanan penjualan hasil laut yang melayani pengantaran. Dilansir akun Instagram @fishgo.id, JukBé merupakan singkatan dari ngejuk be atau 'menangkap ikan' dalam bahasa Bali. Produk ini merupakan upaya untuk membantu pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan yang aktif menggunakan Fish Go. JukBé menyediakan produk ikan kemasan dan juga dapat melakukan transaksi jual beli ikan secara daring. Produk ini juga sempat menjadi solusi di kala COVID-19 lalu.

Selain itu, ada Blue Tang, yang merupakan alat untuk membantu nelayan mendorong kapal naik dan turun ke laut. Yoga memaparkan bahwa sebelumnya nelayan membutuhkan belasan orang untuk menaik dan turunkan kapal saat melaut. Namun, semenjak menggunakan Blue Tang, hanya butuh empat orang saja. Hal ini sangat membantu saat COVID-19 melanda beberapa waktu lalu karena menghindarkan orang untuk bergerombol.

7. Menjajal langsung aplikasi Fish Go
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Yoga menjelaskan bahwa saat ini aplikasi Fish Go baru bisa memberikan data untuk nelayan di Bali. Namun, pengguna di luar Bali masih bisa mengakses beberapa fitur. Adapun, fitur-fitur tersebut adalah informasi cuaca hingga ketinggian ombak.

Yoga menjelaskan bahwa setiap pengguna yang mendaftar aplikasi Fish Go akan diseleksi dan diverifikasi lebih dulu oleh admin. Tujuannya untuk memastikan yang mendaftar benar-benar nelayan kecil di Bali, bukan nelayan besar dan dari luar Bali. Selain karena area cakupan saat ini masih di perairan Bali saja, hal ini juga karena niat Fish Go adalah membantu nelayan kecil di Bali.

"Dia (nelayan kecil) perlu nebar jaring, kan? Nah, kalau ada kapal besar, (nelayan kecil) harus mengalah. Kalau gak, risikonya dia harus potong jaring karena terlilit dan sebagainya. Risiko rugi nelayan kecil ini lebih besar. Jadi, kami batasi untuk pengguna-penggunanya," ungkap Yoga.

Meski berada di luar Bali, kali ini penulis mencoba aplikasi Fish Go. Aplikasi ini bisa diinstal di ponsel Android, tetapi belum tersedia di iOS. Menurut Yoga, ini karena para nelayan lebih banyak menggunakan ponsel berbasis sistem operasi Android dibanding iOS.

Saat penulis mulai mengunduh, aplikasi Fish Go memiliki ukuran 16 MB. Ini tidak memakan banyak kuota. Setelah berhasil dipasang, pengguna perlu mengaktifkan lokasi agar aplikasi dapat mengetahui di mana lokasi pengguna mengakses Fish Go.

Saat pertama membuka aplikasi, pengguna aplikasi diminta untuk mendaftar. Jika sudah pernah memiliki akun Fish Go, pengguna tinggal masuk. Pengguna bisa mendaftar dengan memasukkan nama, nomor ponsel, alamat surel (tidak wajib diisi), dan kata sandi.

Setelah berhasil masuk, pengguna yang ingin menggunakan Fish Go diminta untuk melengkapi profil agar dapat menggunakan semua fitur Fish Go. Pada menu kelengkapan profil, pengguna aplikasi diminta memilih jenis akun apakah berupa akun personal atau kelompok. Selanjutnya, pengguna diminta mengisi lokasi yang berupa data provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan.

Selanjutnya, nelayan yang ingin memakai Fish Go perlu menuliskan nomor KTP dan melampirkan foto KTP.  Setelah itu, pengguna perlu mengisi ukuran kapal yang dipakai, dan alat tangkap yang digunakan, seperti benang pancing, jaring ikan, joran, hingga tombak. Tujuannya untuk proses verifikasi oleh tim Fish Go.

Yoga mengatakan jika nelayan yang mendaftar sudah sesuai kualifikasi dan masuk ke dalam area cakupan Fish Go, mereka akan diterima dan bisa menggunakan fitur-fitur pencarian ikan di Fish Go. 

"Nanti kalau udah login di aplikasi sudah ada step by step-nya, kayak input nama, kemudian asal daerah, kemudian jenis alat tangkap, ukuran kapal. Jika mereka sudah memenuhi kualifikasi, pasti diterima. Dan kalau cakupan areanya mesti di area yang kita bisa, pasti diterima. Kalau belum, ya, gak (diterima)," ucap Yoga.

Karena tidak berada di area cakupan Fish Go, penulis tidak bisa mengakses fitur penjelajahan dan fish finder yang jadi andalan Fish Go. Namun, penulis masih bisa menggunakan fitur informasi cuaca sesuai dengan lokasi, seperti suhu, kelembapan udara, tekanan udara, hingga kecepatan angin. Selain itu, penulis juga bisa mengakses info pasang surut dan ketinggian ombak di lokasi penulis tinggal.

8. Penghargaan SATU Indonesia Awards sangat berarti bagi Yoga dan Fish Go
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Setiap tahun, PT Astra International Tbk mengadakan penghargaan bagi anak bangsa yang bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat. Penghargaan tersebut bertajuk SATU Indonesia Awards. I Gede Merta Yoga Pratama melalui Fish Go menjadi pemenang penghargaan ini untuk bidang teknologi pada 2020.

Yoga memaparkan bahwa penghargaan SATU Indonesia Awards sangat berarti bagi kehidupannya. Menurutnya, melalui ajang ini, dia bisa bertemu dengan anak-anak muda hampir dari seluruh Indonesia yang memiliki proyek sosial seperti dirinya.

"SATU Indonesia Awards menjadi salah satu penghargaan terbesar untuk skala nasional yang saya terima dengan Fish Go. Jadi, saya ketemu banyak anak muda di hampir seluruh Indonesia punya proyek-proyek sosial yang keren-keren. Saya merasa bahwa gak sendiri. Ngerjain proyek-proyek ini bukannya suatu yang gak dipandang orang. Ternyata hal kecil yang kita lakukan untuk masyarakat itu ada tempatnya. SATU Indonesia Awards ini salah satunya, wadah yang diinisiasi oleh Astra," ucap Yoga.

Yoga juga menceritakan Fish Go bisa muncul sebagai pemenang penghargaan bergengsi ini karena memiliki dampak positif bagi kehidupan nelayan sehingga lebih baik lagi. Menurut Yoga, aspek sosial ini yang menjadi nilai tambah bagi Fish Go di mata juri SATU Indonesia Awards.

"Waktu melaut bisa diukur, jumlah tangkapan bisa diukur, tapi sekarang kebahagiaan mereka (seperti) hasil tangkapan ikan (dan) waktu bersama keluarga lebih banyak itu yang gak terukur dari proses pengembangan Fish Go. Ini yang waktu itu juri SATU Indonesia Awards lihat, ya. Makanya, waktu itu bisa menjadi poin plus untuk Fish Go sampai akhirnya menang," ungkap Yoga.

Setelah memenangkan SATU Indonesia Awards, Yoga merasa perkembangan Fish Go jadi terbantu, terutama di sisi publikasi yang selama ini diakuinya lemah. Ketika Astra sedang mengadakan acara di Bali, misalnya, Fish Go pasti diajak terlibat. Dengan begitu, semakin banyak orang yang mengenal Fish Go.

9. Fish Go membuat Yoga menjadi pribadi yang lebih berkembangMerta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Proyek Fish Go tak hanya membantu nelayan di Bali untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan. Yoga juga kecipratan banyak manfaat dari Fish Go. Menurut Yoga, Fish Go sangat membantunya dalam hal pendidikan. Yoga mengaku mendapatkan beasiswa S2 karena Fish Go. Yoga pun membahas Fish Go sebagai bahan tesisnya. Dia juga mengatakan bisa ke luar negeri karena Fish Go. Bahkan, ia bisa menikah karena kesuksesan Fish Go.

"Karena Fish Go, saya bisa sekolah gratis, bisa keliling dunia. Kemarin, saya (bersama) Fish Go sempat berangkat mewakili Indonesia di Spanyol tahun 2019. Bahkan, karena dana Fish Go pun, saya bisa menikah sekarang," ungkapnya.

Selain itu, Yoga mengaku dirinya menjadi lebih percaya diri. Itu karena ia terbiasa berbagi dengan anak muda untuk mengenalkan Fish Go. Tentu saja, niat baik Yoga membantu nelayan kecil mendapatkan balasan yang setimpal untuk pengembangan dirinya. 

10. Yoga berharap Fish Go dapat menarik minat anak muda menjadi nelayan dengan bantuan teknologi
Merta Yoga bantu nelayan Bali tangkap ikan pakai aplikasi canggih

Harapan Yoga untuk Fish Go ke depan adalah membantu lebih banyak lagi nelayan untuk hidup lebih makmur. Yoga mengaku saat ini sedang mengurus Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk alat penunjang Fish Go, seperti Patriot, sehingga dapat dijual secara nasional dan Fish Go dapat digunakan di luar Bali. 

"Kita sekarang kerja sama dengan ITB Bandung. Kita lagi nyari SNI supaya alat kami itu bisa dijual secara nasional. Jadi, perlu lembaga standarisasi dan juga beberapa pihak untuk membangun sebuah ekosistem bagaimana Fish Go ini bisa menjamah area-area khususnya daerah timur," ucapnya.

Yoga mengatakan bahwa membawa Fish Go ke luar Bali merupakan tantangan tersendiri. Itu karena beda wilayah, bisa berbeda algoritmanya. Selain itu, butuh riset koordinat penangkapan ikan selama 3 bulan di area yang akan menggunakan Fish Go.

Meski aplikasi yang dibuat Yoga sangat menjanjikan untuk memakmurkan nelayan, Yoga masih merasa Fish Go hanya membantu dalam aspek kecil saja. Yoga ingin agar potensi laut Indonesia yang menjanjikan bisa semakin dimanfaatkan oleh orang Indonesia sendiri.

"Impian Fish Go ke depan saya ingin membantu lebih banyak nelayan (dan) ibu-ibu nelayan. Karena yang katanya bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup untuk menghidupimu (lagu "Kolam Susu" milik Koes Plus), tapi ternyata gak sesuai. Bahkan, 35 persen masyarakat Indonesia yang kurang mampu (itu) profesinya nelayan. Lautannya melimpah, potensinya besar, tapi masyarakatnya gak bisa manfaatin makanya sektor kelautan perikanan ini sektor yang seksi sebenarnya," ucap Yoga.

Selain itu, dengan teknologi yang memudahkan, Yoga berharap agar anak muda tertarik menjadi nelayan. Menilik dari pengalamannya, Yoga mengatakan rata-rata usia nelayan di Bali adalah 40 tahun, sedangkan anak-anak nelayan tidak mau meneruskan profesi ayahnya sebagai nelayan.

"Bisa gaet anak-anak muda lain untuk menjadi nelayan karena nelayan akan punah. Faktanya, yang kami temukan begitu. Usia nelayan rata-rata 40 tahun dan anak-anak mereka gak ada yang mau jadi nelayan. Saya yakin di berbagai daerah juga seperti itu. Kalau kita tidak bantu dengan teknologi, siapa yang akan jadi nelayan? Siapa yang akan memenuhi kebutuhan ikan? Jangan (sampai) negara lain yang masuk memanfaatkan potensi kita," ungkap Yoga.

Perjuangan Yoga tentu masih panjang untuk mewujudkan mimpi memakmurkan para nelayan di tengah potensi hasil laut Indonesia yang besar. Menjaga profesi nelayan pun masih tetap perlu digalakkan untuk generasi selanjutnya. Langkah baik Yoga dalam menciptakan Fish Go bisa menjadi semangat untuk hari ini dan masa depan demi Indonesia yang lebih baik.

Kontribusi Yoga dalam membantu nelayan juga bisa menjadi inspirasi. Kita bisa menolong orang di sekitar melalui renjana dan bidang yang kita sukai. Semoga makin banyak anak muda yang berjuang seperti Yoga dalam memakmurkan Indonesia.