Membentuk Keseimbangan Alam dan Manusia di Tengah Riuh Denpasar
Oleh: Ni Putu Ary Pratiwi , 2023-11-06 21:39:29Kategori: Umum (https://kunyar.blog/)Media Online
https://kunyar.blog/2023/11/01/membentuk-keseimbangan-alam-dan-manusia-di-tengah-riuh-denpasar/

Membentuk Keseimbangan Alam dan Manusia di Tengah Riuh Denpasar

Suara bising bukan asing lagi

Kepulan asap kendaraan menjejal pagi

Bangunan tampak berdiri di sana sini…

Sepenggal lirik lagu yang berjudul “Hiruk Pikuk Denpasar” dari Nosstress, grup musik indie akustik yang berasal dari Bali seakan menggambarkan situasi Denpasar yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian Provinsi Bali belakangan ini.

Memasuki musim kemarau, cuaca pagi akhir Oktober 2023 lalu terasa panas dan sangat gerah. Udara pun serasa pengap di tengah kota. Namun, suasana yang membuat peluh bercucuran itu sepertinya tak mengganggu warga yang tinggal di Banjar Tegeh Sari, Kelurahan Tonja, Denpasar Utara. Sebuah lahan kosong yang telah disulap sebagai kebun tanaman pangan tampak membawa kesegaran bagi warga sekitar.

Adalah I Gede Mantrayasa, Ketua Yayasan Tegeh Sari yang bersama dengan warga sekitar banjar mulai bahu-membahu membersihkan lahan-lahan kosong yang tidak termanfaatkan yang dimulai sejak pandemi Covid-19. Dia bersama beberapa kaum pria di banjar tengah aktif mengelola kebun-kebun di lingkungannya. “Kebun adalah media belajar paling bagus. Kebun bisa menjadi literasi karena ada hasil. Selain itu juga bisa diselipkan dengan pesan-pesan lingkungan terkait sampah,” ungkapnya.

Warga membersihkan lahan-lahan kosong di lingkungan Banjar Tegeh Sari.
Credit foto : Banjar Tegeh Sari

Kebun Berdaya, kata Gede Mantrayasa, memberi sebutan untuk lahan yang dimanfaatkan warga Banjar Tegeh Sari itu. Dia bercerita bahwa inisiasi kebun ini bermula ketika banyak warga banjar yang kehilangan pekerjaan saat pandemi Covid-19, namun tetap ingin memberi manfaat kepada lingkungan.

“Awalnya saat pandemi kami menemukan adanya masalah pangan, terutama kebutuhan lauk pauk, sayur dan bumbu dapur. Kemudian kami mapping di mana lokasi yang bisa dijadikan kebun berdaya, yang bisa menerapkan konsep minatani (lauk dan sayur) untuk pemenuhan kebutuhan pangan tingkat keluarga dan banjar,” cerita Gede Mantrayasa.

Setelah memetakan, didapati beberapa kebun kosong di area banjar yang dapat dimanfaatkan. Kebun-kebun itu kemudian dikelola secara komunal. Mereka dinamai dengan Kebun Berdaya Krama, Kebun Berdaya Kampung Hijau, Kebun Berdaya yang dikelola ibu-ibu PKK dan anak-anak, serta Kebun Berdaya Sari Dewi yang menggunakan nama lokasi mereka yakni Gang Sari Dewi.

Selain kebun yang dikelola komunal, ada juga kebun yang dikelola warga sendiri. Salah satunya kebun yang terletak di Gang Pinguin yang dikelola oleh personel Nosstress, Gunawarma alias Kupit. Kupit menyebut bahwa kebahagiaan dalam berkebun itu menjadi hal yang spesial. “Karena ketika kita bisa menanam sendiri, kita akhirnya berpikir untuk dapat lebih menghargai petani dan hasil bumi itu sendiri,” ujarnya.

Inisiatif memanfaatkan lahan kosong untuk berkebun di Banjar Tegeh Sari ini sebenarnya telah didukung melalui peraturan tingkat banjar yang disebut dengan Perarem Banjar Tegeh Sari, Desa Pekraman Tonja No. 01/PERAREM/BTS/IX/2018 yang disahkan tanggal 10 September 2018 tentang Penanjung Batu, Pepeson, Lahan Tidur, Pelanggan Sampah dan sanksi membuang sampah sembarangan di wilayah Banjar Tegeh Sari.

Masyarakat Bali yang masih kental dengan adat istiadat dan konsep Tri Hita Karana, masih hidup di tingkat banjar. Tri Hita Karana menjadi falsafah hidup orang Bali yang ingin menjaga keharmonisan antara manusia dengan Sang Pencipta (Parahyangan), antar sesama manusia (Pawongan) dan dengan alam semesta (Palemahan).

Pengejawantahan dari palemahan inilah yang diperhatikan dalam perarem, yakni menciptakan kebersihan di lingkungan Tegeh Sari, terutama lahan tidur yang tidak dipagar dan dipergunakan sebagaimana mestinya oleh pemilik lahan. Meski pemanfaatannya hanya bersifat sementara, namun dibuat dengan menjaga estetika lingkungan palemahan Banjar Tegeh Sari.

Kebun-kebun berdaya di Banjar Tegeh Sari. Credit foto : Banjar Tegeh Sari

Sisi Baik dari Sampah

Tidak hanya memanfaatkan lahan kosong, waga Banjar Tegeh Sari pun menyadari bahwa mengelola sekaligus melestarikan lingkungan tak sekadar membuat penghijauan yang berguna. Namun, masalah pengelolaan sampah juga jadi faktor penting. Gede Mantrayasa berpendapat, kebun adalah tempat yang sangat bagus sebagai media pembelajaran jika secara bersamaan didorong untuk terus berinovasi, termasuk masalah sampah. “Jangan sampai karena tempat pembuangan akhir sampah terbakar kemudian kita tidak berdaya. Justru itu menjadi titik tonggak kita untuk melakukan sesuatu. Mulai dari mengelola sampah di rumah tangga,” ucapnya. 

Ya, sampah-sampah milik Warga Kota Denpasar biasanya dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Suwung. Sayangnya, TPA ini terbilang rutin mengalami kebakaran tiap-tiap puncak musim panas. Besar kemungkinan, kebakaran terpicu dari tumpukan sampah yang kedalamannya mencapai puluhan meter dan menimbulkan gas.

Untuk mengendalikan dan mengantisipasi masalah tersebut, masyarakat Banjar Tegeh Sari pun kembali berpegangan pada Perarem yang sama. Disebutkan dalam Perarem itu, bahwa krama ngarep, krama tamiu dan tamiu di wewidangan Banjar Tegeh Sari wajib menjadi pelanggan swakelola sampah Banjar Tegeh Sari. Artinya, warga asli dan warga pendatang, serta orang selain krama ngarep dan krama tamiu yang berada di wilayah banjar untuk sementara atau bertempat tinggal dan tercatat di banjar harus berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah mandiri.

Implementasi dari Perarem tersebut kemudian ditunjukkan dengan terpilihnya Banjar Tegeh Sari menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) pada 2021 lalu. Sebuah program yang diinisiasi Astra dalam membangun masyarakat melalui 4 pillar yaitu pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan.

Pemilahan sampah di Banjar Tegeh Sari yang terbagi menjadi sampah organik, anorganik dan residu B3. Credit foto : Banjar Tegeh Sari

Pembuatan bank sampah yang menjadi salah satu faktor membangun KBA itu kini dapat dinikmati oleh warga banjar. Sebanyak tiga bank sampah, yaitu Bank Sampah Banjar Tegeh Sari Lestari, Bank Sampah Intan Lestari dan Bank Sampah Sari Dewi, telah beroperasi di sana.

Pengelolaan sampah di banjar ini dilakukan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik yang bernilai ekonomi dikumpulkan di bank sampah, sementara sampah organik diolah melalui sumur kompos dan komposter di rumah tangga. Sampah residu inilah yang kemudian diangkut oleh pengangkut sampah ke TPA. Selain itu, KBA Tegeh Sari juga melakukan inovasi program hilirisasi dengan mendaur ulang sampah plastik. 

Dengan jumlah penduduk sebanyak 1.312 kepala keluarga (KK), sebanyak 1.162 KK kini sudah terfasilitasi pelayanan pengangkutan dan terdaftar di bank sampah. “Bank Sampah Tegeh Lestari sudah tiga bulan bekerja sama dengan Koperasi Manik Galih untuk memfasilitasi bank sampah. Dari tabungan bank sampah kemudian dimanfaatkan untuk membayar BPJS, pulsa, token listrik, dan lain-lain,” ungkap Gede Mantrayasa. 

Keberhasilan program bank sampah Banjar Tegeh Sari Lestari ini kemudian diakui dengan didapuk sebagai juara 1 Lomba Bank Sampah Kota Denpasar tahun 2019, dan Juara 2 Bank Sampah Unit Binaan dalam Bank Sampah Innovation Competition (BASIC) 2023.

Saat Kaum Ibu Turun Tangan

Dampak besar bank sampah di Banjar Tegeh Sari diakui oleh Ni Komang Ariani, salah satu ibu rumah tangga yang bermukim di Gang Sari Dewi. Dia mengaku terinspirasi untuk menggerakkan kaum ibu di lingkungan tempat tinggalnya usai mendapat edukasi mengenai pemilahan sampah oleh PPLH Bali pada Oktober 2020 lalu. Zero Waste Cities (ZWC) Sari Dewi pun lahir dari perkumpulan ibu-ibu di sana.

Aktivitas Bank Sampah Sari Dewi. Credit foto : Komang Ariani

Mereka kini sudah memiliki jadwal berkumpul untuk membawa sampah plastik bernilai ekonomi yang telah dibawa dari rumah. Sampah-sampah itu kemudian ditimbang dan dijual ke bank sampah yang hasilnya berupa tabungan bank sampah. Bank Sampah Sari Dewi dibuka setiap hari Sabtu pada minggu pertama dan ketiga setiap bulannya. Saat ini, total nasabah bank sampah saat ini sebanyak 20 Kepala Keluarga. 

Selain menjalankan kampanye bank sampah, Ariani dan kaum ibu pengurus ZWC Sari Dewi juga turun tangan untuk mengelola kebun berdaya. Mereka berbagi peran dan waktu untuk mengelola kebun dan membuat olahan pangan sehat hasil dari kebun.

Hasil kebun dipanen untuk dijual dan uang penjualannya dijadikan uang kas kelompok. Sementara itu, hasil ternak lele, yang juga ada di dalam area kebun, akan dibagikan ke warga. “Walaupun kami sibuk mengurus rumah tangga, tapi kami ingin terus dapat melakukan kegiatan positif. Meski kami tahu bahwa yang menjadi tantangan adalah mengubah perilaku orang, bukan lingkungan,” ucapnya optimis.

Ibu-ibu ZWC Sari Dewi beraktivitas di Kebun Berdaya Sari Dewi. Credit foto : Komang Ariani

Gerakan Sadar Lingkungan Kaum Muda

Keinginan untuk menciptakan lingkungan yang asri dan nyaman serta bermanfaat tidak hanya diamini oleh kaum bapak dan ibu Banjar Tegeh Sari. Jika kaum bapak fokus untuk memberdayakan kebun kosong, dan kaum ibu turun tangan untuk mengelola sampah rumah tangga, maka kaum muda di banjar ini pun punya misi yang lain. Mereka merasa bertanggung jawab untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran pengelolaan lingkungan agar semua warga turut berperan dalam melestarikan dan mengelola tempat mereka hidup.

Sejak 27 Juni 2021 lalu, Sahabat Alam (Salam) Natah Rare didirikan oleh anak-anak muda Banjar Tegeh Sari, bersama beberapa pemuda lain dari luar banjar. Pande Komang Jody Wiranatha, salah satu anggota komunitas Salam Natah Rare dan Sekaa Teruna Teruni (STT) di banjar ini, bercerita mengenai gerakan tersebut yang bermula pada saat pandemi Covid 19. Kala itu, banyak anak muda yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain games.

“Daripada hanya bermain games, jadi kami berkegiatan di kebun seperti membersihkan dan menanam di kebun,” cerita Jody. Ketika itu, imbuh dia, PPLH Bali memperkenalkan Zero Waste Cities dan mengajak kaum muda banjar untuk membuat komunitas anak-anak peduli lingkungan. Jody pun mengajak teman-teman yang berminat.

“Saya ingin mengajak anak-anak agar lebih peduli dengan lingkungan sekitar mereka. Di tahun 2021 kami sempat ada kegiatan door to door education kepada warga. Kami memberikan edukasi tentang pemilahan sampah dan juga me-monitoring hampir di semua gang di Tegeh Sari,” kenang Jody.

Jody membersihkan gulma di Kebun Berdaya Kampung Hijau. Credit foto : dokumentasi penulis

Berkebun di Kebun Berdaya Kampung Hijau yang berlokasi di depan bale banjar kini sudah menjadi kegiatan rutin anak-anak Salam Natah Rare setiap minggunya. Selain kegiatan di kebun, komunitas yang bernaung di bawah Yayasan Tegeh Sari ini setiap tahunnya juga mengadakan Pasraman Hijau bagi anak-anak. Sebuah acara edukasi lingkungan kepada anak-anak sekolah dasar selama satu minggu. Pada kegiatan tersebut, kaum muda banjar mengajari anak-anak untuk berkebun organik, melukis di kanvas, dan membuat pewarna alami.

Kisah keberhasilan Gede Mantrayasa, Ariani, dan Jody dalam menciptakan masyarakat yang cerdas dan peduli lingkungan layak menjadi contoh dan diikuti oleh warga lainnya, tak terbatas warga Denpasar. Partisipasi dan kontribusi semua pihak sudah tentu dibutuhkan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari. Terlebih jika gerakan pelestarian itu didukung oleh pihak pemerintah dan pihak swasta.

Seperti halnya perubahan perilaku yang telah ditunjukkan oleh warga Banjar Tegeh Sari, yang merupakan hasil dari pendampingan Astra dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya. Empat pilar yang diusung Astra yaitu pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan, kini telah menjelma menjadi kehidupan yang seimbang antara manusia dengan alam di banjar ini. Sejalan dengan falsafah masyarakat Bali.

“Dari lingkungan mengarah ke kesehatan dengan penyediaan sumber pangan yang sehat. Dari lingkungan menjadi unsur pendidikan melalui kebun literasi. Kemudian, dari lingkungan ke kewirausahaan dengan inovasi produk pangan dari kebun berdaya,” ungkap Gede Mantrayasa dengan penuh antusias mengingat perjalanan transformasi lingkungan yang kini dinikmati warga Banjar Tegeh Sari.